DPR menilai adanya kesalahpahaman di masyarakat yang berakibat terjadinya kerusuhan di Manokwari, Papua, Senin (19/8). Sehingga, tak perlu buru-buru diartikan sebagai aksi rasisme.
- Kelana-Astutik Dapat Gong Dukungan dari "Tim Bintang Sembilan"
- Kampanyekan Prabowo-Gibran dan PSI, Relawan Kaji Gawat Sisir 18 Kecamatan di Bangkalan
- Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan, Ning Ema Beri Pesan Ini ke Mahasiswa
"Itu bukan insiden rasisme. Tidak ada rasisme terjadi sesama anak bangsa," tegas Taufiqulhadi.
Taufiqulhadi menyebut kejadian di Manokwari sebatas kesalahpahaman yang berbuntut terpancingnya emosi sejumlah masyarakat di kota tersebut.
"Mungkin sedikit terjadi kesalahpahaman, yang sering terjadi di antara sesama warga di negara kita. Jadi jangan cepat-cepat kita lari ke frasa rasisme," jelasnya.
Menurutnya, kesalahpahaman sangat rentan terjadi di antara warga asli dan pendatang di satu daerah sebagai proses penyesuaian budaya.
"Itu hal kerap terjadi dalam proses akulturasi," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, aksi massa terjadi di Manokwari pada Senin (19/8) pagi ini. Selain memblokade sejumlah jalan, massa yang emosi juga berupaya membakar gedung DPRD Papua Barat. [mkd]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Jadi Organisasi Kemahasiswaan Tertua, HMI Harus Mampu Menggerakan Umat
- Bahas Peningkatan Pertahanan, Prabowo Temui Putra Mahkota Abu Dhabi
- PSI Sumenep Bagikan Ratusan Aneka Kue, Kalender hingga Kaos di Kawasan Pelabuhan Kalianget