Ekspresi ketidakpuasan akibat kegagalan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa dilakukan oleh siapa saja. Termasuk oleh seseorang yang berjenggot. Tetapi bukan berarti yang berjenggot terus dilabeli radikal.
- Jabat Kepala BIN Selama 7 Tahun, Aktivis 98 Desak Jokowi Ganti Budi Gunawan
- Selamatkan Keluarga, Usai Lengser, Jokowi Pasti Main Dua Kaki di Pilpres 2024
- Ridwan Kamil jadi Kuda Hitam Capres 2024
"Ekspresi ketidakpuasan juga bisa dikeluarkan oleh orang yang setiap hari mengenakan celana cingkrang, tanpa harus dia mengafiliasi dirinya dengan kelompok apalah syariah segala macam," tuturnya.
Karena itu Teguh menyesalkan ketika ada seseorang yang memelihara jenggot dilabeli radikal karena protes dengan kegagalan pemerintah.
"Masa gara-gara lo pake jenggot terus dibilang lo radikal? Padahal dia protes karena menurut dia (pemerintah) gagal," sesalnya melansir Kantor Berita Politik RMOL.
Teguh menyarankan agar pemerintah lebih fokus memenuhi kebutuhan rakyat ketimbang membahas radikalisme.
"Udahlah kita fokusnya benerin saja hal-hal yang dibutuhkan rakyat. Coba, BPS lagi berantakan, jaminan kesehatan rakyat butuh, lapangan pekerjaan rakyat butuh, harga terjangkau rakyat butuh," paparnya.
"Kita mau ngomong apapun, kalau segala basic tidak terpenuhi maka ekspresi kekecewaan (masyarakat) akan (selalu) tampak," tutupnya.[aji]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Santer Isu Politik Dinasti, Pegiat Medsos Ini Sampaikan Harapan ke Jokowi
- Puan Maharani Minta Pelaksanaan Haji untuk Dievaluasi
- Tidar Jatim Ajak Generasi Milenial Menangkan Prabowo Di Pilpres 2024