Memori tentang sosok almarhum Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur kembali menghiasi masyarakat yang hadir dalam haul ke-10 Gus Dur yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (25/12).
- Satu Lagi Mantan Pejabat Jember Ikut Bersaing Rebut Rekom Bacabup di PDIP
- Azis Syamsuddin Muncul di Acara Golkar, Sudah Bebas dari Tahanan?
- Survei Indikator: Publik yang Puas dengan Jokowi Condong ke Prabowo Ketimbang Ganjar
Jamaah kembali disuguhkan rentetan detik-detik wafatnya sang ayah pada 24 Desember 2009 malam.
Saat itu, sore hari tepatnya, Alissa diperintahkan ibunya untuk menghubungi ayahnya untuk segera kembali ke Jakarta guna melakukan cuci darah.
Ajakan putrinya yang disampaikan lewat telepon tersebut ternyata tak diikuti oleh presiden yang terkenal jenaka itu. Gus Dur bersikeras harus ke Pesantren Tebuireng, Jombang untuk berziarah ke makam kakeknya, KH Hasyim Asyari yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
"Lalu beliau mengatakan, 'enggak Nak, Bapak sudah dipanggil Mbah Hasyim, Bapak harus ke Jombang malam ini'," ucap Alissa menirukan ucapan Gus Dur pada saat menelepon.
Usai ditelepon oleh Alissa, Gus Dur selanjutnya bertolak ke Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Namun saat diperjalanan, Gus Dur terjatuh lantaran kelelahan sehingga dibawa ke RSUD Jombang.
Di sana, Alissa berusaha dan meminta agar Gus Dur dapat beristirahat. Ia pun bergegas mengubungi dokter pribadi ayahnya supaya datang dan membujuk untuk bertolak ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya untuk beristirahat.
Saat dibujuk, Gus Dur mengiyakan untuk dibawa ke Surabaya.
Pada saat di perjalanan menuju Surabaya menggunakan mobil ambulans, Gus Dur terbangun dan menanyakan keberadaannya.
"Dalam perjalanan di Mojokerto beliau bertanya, iki neng ndi? (Ini di mana), Mojokerto Pak. Loh ko Mojokerto? Aku ini mau ke Tebuireng. Ke Rumah Sakit dulu ke Surabaya. Enggak, aku ini dipanggil Mbah Hasyim, jadi aku harus sampai," ujar Alissa menirukan perbincangannya dengan Gus Dur.
Mobil ambulans yang membawa Gus Dur terpaksa memutar arah untuk kembali ke Tebuireng agar Gus Dur dapat berziarah ke makam kakeknya.
Pada saat itu, Gus Dur berbincang kepada salah satu sepupunya. Gus Dur, kata Alissa memberikan pesan tanda-tanda ia akan wafat.
"Maka malam itu juga ambulans berbalik arah lalu ke Tebuireng, ia berpesan kepada salah satu sepupu beliau, menyampaikan bahwa, 'de minggu depan saya ke sini'. Dan seminggu kemudian mengantarkan beliau untuk dimakamkan di Tebuireng," kisahnya.
Mengakhiri ceritanya, Alissa kemudian meminta kepada jamaah untuk tidak memuja-muji Gus Dur, melainkan mengambil hikmah kebaikan ayahnya.
"Kita tidak pernah tau usia kita, kalau hari ini kita berkumpul bukan untuk memuja muji beliau tapi karena kita ingin belajar, kita ingin mengambil keteladanan, mencari inspirasi terutama di dalam situasi kehidupan kebangsaan tidak seperti ini sekarang, banyak kebencian, permusuhan, prasangka, banyak orang hanya mencari kepentingannya sendiri atau kepentingan golongan, banyak orang yang menghina dan mengalahkan lainnya, banyak orang yang sibuk mengumpulkan harta," tandasnya.
Dalam acara tersebut, para jamaah menggelar haul dengan istighosah serta tahlil akbar.[bdp]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Ada Materi Bung Karno di Sekolah PDIP, Eri Ingat Program Risma
- Perbandingan Penanganan Covid-19 Di Korsel Dan Indonesia, RR: Hanya Tambah Kontrol Dan Kuasa
- Anggaran Subsidi Pembelian Motor Listrik Sebaiknya untuk Perbaiki Transportasi Umum