Media asing Wall Street Journal (WSJ) menuding ormas Islam seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerima ‘dana bungkam’ atas kasus kemanusiaan etnis Muslim Uighur, Xinjiang China, hal tersebut dinilai sebagai provokasi.
- Kebijakan Elite Tak Berdampak, Penanangan Bencana NTT Tidak Bisa Diselesaikan Secara Simbolis
- 50 Anggota DPRD Tuban 2024-2029 Resmi Dilantik, Kader Golkar Ditunjuk Jadi Pimpinan Sementara
- Presidential Threshold Digugat, Margarito Kamis: MK Masih Bermain-main atau Berpihak Pada Barang Busuk?
Sekertaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengungkapkan, beberapa waktu lalu pengurus PP Muhammadiyah pernah kedatangan Dubes Amerika yang menginginkan PP Muhammadiyah angkat bicara soal nasib Muslim Uighur di Xinjiang China.
Muhammadiyah, kata Mu'ti, tanpa rasa ragu dan maksud ingin mencampuri urusan negara lain, Muhamamdiyah tetap menyuarakan isu hak asasi manusia (HAM).
"Waktu Dubes Amerika Serikat ke PP Muhammadiyah, sang Dubes meminta Muhammadiyah membuat pernyataan soal Uighur. Tapi kita katakan bahwa Muhammadiyah punya penilaian tersendiri dan kalo menyampaikan sesuatu harus didukung oleh data," ungkap Mu'ti di sela-sela acara Pengajian Bulanan PP Muhamamdiyah, Jumat (13/12).
Menurut Mu'ti, sikap politik Amerika dan China belakangan yang tengah berseteru, dengan sengaja memainkan isu soal pembantaian Muslim Uighur.
"Jadi sikap politik Amerika yang seperti itu, dalam beberapa hal sebenarnya merepresentasikan persaingan politik Amerika dengan China, kemudian isu Uighur itu dijadikan salah satu bagian dari senjata politik Amerika," demikian Mu'ti seperti dimuat Kantor Berita Politik RMOL.[aji]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- KBRI Seoul Konfirmasi Tak Ada WNI jadi Korban Kerumunan Itaewon
- Khofifah Berharap DMI Dukung Pengembangan Industri Halal Indonesia
- Masih Diperlukan Reshuffle, Ini 4 Nama Menteri Jokowi Layak Diganti