Pengamat Transportasi: Perusahaan Tol Dapat Rejeki Nomplok Dari Uang Rakyat

Perusahaan e-toll card panen besar pada lebaran tahun ini. Pasalnya pemakai jasa kartu tol akan ‘dipaksa’ menaruh uangnya dalam jumlah besar.


Dikatakan Muslich, saat ini perusahaan tol seperti bank. Bedanya, tidak ada bunga. Karena tidak ada jasa yang dibayarkan.

"Uang yang mengendap di kartu tidak ada jasanya alias pihak perusahaan tol dan bank mendapat simpanan uang gratisan tanpa jasa apapun. Akumulasinya sangat besar secara keseluruhan, itu belum termasuk resiko kartu e-toll hilang,” terang Muslich yang juga Peneliti Senior Pustral Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Dari uang yang mengendap, lanjut Muslich, masyarakat yang paling dirugikan. Sementara perusahaan tol dan bank seperti mendapat rejeki nomplok.

"Uang yang mengendap tetap milik pemegang kartu. Tidak hilang. Tapi kan merugikan masyarakat. Itu seperti naruh uang di bank tapi gak diberi bunga. Demikian pula bank yang mengeluarkan kartu, mereka dapat rejeki nomplok. Karena tidak ada jasa yang dibayarkan ke penyimpan uang di kartu,” tandasnya.

Muslich juga mengkritisi, semestinya perusahaan tol dan bank membuat kartu dengan "atas nama". Sehingga uang yang mengendap harus mendapat jasa.

"Dan bila kartu rusak atau hilang maka pemilik kartu tidak akan kehilangan uangnya. Pemerintah dan BPJT (Badan Pengelola Jalan Toll) juga harus memberikan hukuman punishment pada perilaku oknum maupun perusahaan tol yang melakukan pelanggaran malpraktik dalam sistem pembayaran tol, seperti mesin pembayaran yang macet dan akurasi pengurangan saldo yang sering tidak akurat,” demikian Muslich.[aji]

ikuti terus update berita rmoljatim di google news