Plus Minus Caleg Milenial di 2019

Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 mendatang menjadi ajang kompetisi ketat bagi caleg senior dan caleg milenial. Ini dibuktikan dengan banyaknya kalangan muda yang dicalonkan oleh partai politik.


"Selain faktor fisik yang lebih energik, caleg milenial ini juga tidak bisa diremehkan, dengan memanfaatkan kampanye digital, mereka mudah mendapatkan atensi khusus dari pemilih muda yang jumlahnya juga cukup besar," demikian kata Boby saat berbincang dengan Kantor Berita , Jum'at (21/12).

Disamping itu, lanjut Boby, caleg milenial dinilai memiliki idealisme yang tinggi dan memiliki visi yang progresif. Pasalnya, mayoritas caleg milenial itu baru lulus dari Universitas.

"Milenial ini masih idealis, punya visi yang jelas bahkan, lebih kreatif dari politisi senior," terangnya.

Sementara beberapa kelemahan yang dimiliki caleg milenial, kata Boby, diantaranya minimnya pengalaman hingga emosi yang kurang stabil. Hal itu tidak bisa dipungkiri mengingat usianya yang masih muda.

"Tak dapat dipungkiri, selain minim pengalaman, mereka juga cenderung reaktif dalam menghadapi sesuatu," katanya.

Selain itu, tambah Boby, caleg milenial juga memiliki kekurangan dari segi finansial, ini juga berdampak besar bagi proses mereka melakukan kampanye.

"Finansial juga menjadi masalah besar bagi caleg milenial, taulah, itu berdampak berkurangnya kampanye langsung ke masyarakat," imbuhnya.

Boby menyimpulkan, jika para caleg millenial ini mampu menampikan dirinya dengan baik, maka performa indindiviu ini akan menjadi daya tarik yang dahsyat bagi pemilih millenal. Beberapa Riset diantaranya oleh CSIS menyatakan bahwa pemilih millenial akan mempengaruhi sikap dari orang tuanya.

"Hal ini akan menjadi harapan bagi caleg khususnya pemilih millenial. Jadi caleg millenial juga harus menundukkan pemilih millenial," demikian Boby. [aji]

ikuti terus update berita rmoljatim di google news