Polri Sebut Pergerakan JAD Lebih Tersktruktur Di Media Sosial

Ciri khas kelompok Jamaah Ansharut Daullah (JAD) tidak memiliki struktur di lapangan melainkan pergerakannya cukup terstuktur di sosial media.


Dalam kelompok JAD, setiap anggota yang ingin melakukan aksi amaliyah bergerak secara independen, tanpa ada perintah dan sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Dia (kelompok JAD) tidak harus di satu tempat. Dia memberi info akan melakukan amaliyah di Papua dengan misal, menggunakan alat X atau dengan suicide (bom bunuh diri). Kalau (anggota JAD) yang bisa support dana ya support dana,” urai Dedi.

Dedi menambahkan, kelompok JAD tidak akan membeberkan identitas target, waktu dan lokasi dalam melakukan aksi amaliyah.

"Mereka tidak secara detail siapa sasarannya dan waktu tempat yang akan dilakukan amaliyah, hanya deklarasi saja, 'saya ingin amaliyah, mohon doanya'," imbuhnya.

Pemberitahuan itu tidak disampaikan secara lisan ketika bertemu melainkan hanya melalui grup telegram ataupun sosial media dari kelompok mereka.

Lebih lanjut Dedi menuturkan, dalam kurung waktu empat hari terhitung 10-14 Oktober 2019, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri telah melakukan operasi penangkapan terhadap 22 orang terduga pelaku teroris.

Densus tidak berhenti di sini setelah menangkap 22 orang tersangka, hal ini dalam rangka mencegah aksi-aksi teror yang terjadi di Indonesia,” pungkasnya, seperti dimuat Kantor Berita Politik RMOL. [mkd]

ikuti terus update berita rmoljatim di google news