Seniman ternama Indonesia I Gusti Ngurah Putu Wijaya menyoroti melemahnya Bhinneka Tunggal Ika lewat pentas seni Teater Mandiri.
- BBM Naik, GMNI Tuban Minta Presiden Jokowi Berantas Mafia Migas
- Miris, Kasus Eksploitasi Anak Meningkat 2,5 Kali Lipat Di Masa Pandemi
- Safari Politik, Wakil Presiden Terpilih Gibran Datangi Rumah Khofifah
Manusia yang memiliki sifat individual dan sosial kerap berpapasan dengan konflik, Putu Wijaya menjabarkan konflik merupakan sebuah ketegangan batin yang seharusnya membuat kita berpikir dan berjalan ke depan.
Bukan berjalan ke belakang artinya perbedaan masalah itu ada dinamika kehidupan bukan sesuatu yang membuat kita berhenti tapi justru mesti digenjot,†tambahnya.
Kebhinekaan itu justru adalah kekuataan, tidak ada satupun bangsa di dunia ini yang memiliki kebhinnekaan seperti kita. Terapi damai sudah dibuktikan 74 tahun berdiri Indonesia. Gotong royong memang belakangan ini suasananya hangat karena kita tahu bahwa ada orang yang tidak suka dengan Indonesia dalam satu kesatuan,†jelasnya.
Kesatuan diibaratkan Putu Wijaya sebagai tangan masing-masing lima jari yang memiliki fungsi berbeda-beda namun ketika dibutuhkan untuk menggenggam sesuatu dia menjadi satu.
Tapi tidak mengkristal jadi satu yang menghilangkan warna, jadi ide istimewa itu luar biasa kita dikatakan zamrud khatulistiwa. Perbedaan kita adalah nuansa bukan perbedaan permusuhan,†ucapnya.
Jadi ini salah satu kearifan lokal yang membuat kita berbeda-beda tapi satu. Satu bukan berarti lebur jadi satu, bukan tetap menjadi unsur yang ada luar biasa yang bisa luar biasa. Harus kita syukuri,†tandasnya.
Dalam pentas seni bertemakan Perempuan Sejati, Peace†Putu Wijaya memainkan peran sebagai orangtua. Meski usia sudah senja dan dalam melakonkan adegan tersebut dengan menggunakan kursi roda, Putu Wijaya tetap prima.
Bintang tamu dari Bali Jais Darga didatangkan untuk menjadi pemeran utama sebagai perempuan yang diperkosa oleh polisi dan dituduh selingkuh oleh suaminya sendiri dalam pementasan tersebut.
Pentas seni yang diperankan oleh anak-anak dari Teater Mandiri garapan Putu Wijaya itu berkisah tentang perempuan. Seorang perempuan yang dituduh selingkuh dan nyaris dibunuh oleh suaminya sendiri.
Selain itu, ada kisah tentang perempuan yang diperkosa oleh anggota polisi, serta seorang anak yang menjadi pejabat negara korup hingga akhirnya mati terbunuh di tangan rakyat pemilihnya sendiri.[aji]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Khofifah Gelar Pasar Murah untuk Warga Lumajang, Jadi Upaya Tingkatkan Daya Beli Masyarakat di Bulan Ramadhan
- Soal Pilih Menteri, Rizal Ramli Beberkan Perbedaan Jaman Soeharto, Gus Dur, dan Jokowi
- Perkara Bagi-bagi Amplop Logo PDIP di Masjid Said Abdullah Diputus Pekan Ini