Referendum Aceh Imbas Jokowi Terlalu Akrab Dengan China

Wacana referendum Aceh yang disampaikan Muzakkir Manaf alias Maulem selaku Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA), merupakan imbas dari politik bipolar pada Pilpres 2019.


Ya, pasca wacana Muzakkir Manaf, kini Liga Mahasiswa Nasional Aceh juga mendesak hal serupa. Dari surat yang beredar, rencananya mahasiswa akan menggelar aksi, Kamis (30/5) besok. Agendanya mendesak MPR dan DPR yang berasal dari Aceh untuk mendaftarkan referendum Aceh ke Mendagri. Tentu ini bukan lagi wacana, melainkan sudah diaplikasikan oleh masyarakat yang geram dengan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Mengapa demikian?

Menurut Redi, munculnya wacana referendum Aceh tentu didukung oleh elite politik setempat dan campur tangan masyarakat internasional.

"Gerakan itu tidak akan menjadi apabila tidak didukung elite politik setempat, khususnya di pemerintahan dan DPRD Aceh. Juga masyarakat internasional seperti paa kasus Timor Timur dulu,” terang akademisi dari Universitas Dr Soetomo (Unitomo) ini.

Ditambahkannya, kondisi Aceh saat ini tidak berbeda dengan kondisi Papua. Sewaktu-waktu kondisinya akan sama dengan Timor Leste sebelum lepas dari Indonesia.

"Saya kira ada kesamaan Aceh dan Papua. Kedua wilayah ini merupakan daerah investasi Amerika Serikat. Sementara saat ini ada gelagat pemerintahan Jokowi lebih akrab ke China. Bisa ditebak siapa yang akan bermain dalam hiruk pikuk politik di Aceh,” jelasnya.

Kondisi ini tidak bisa dibiarkan. Elite politik dalam situasi dilematis antara NKRI dan aspirasi rakyat. Namun demikian, pemerintah harus mampu menjadi pendengar yang baik tanpa harus terburu-buru mengambil keputusan.

"Itulah yang paling realistis bisa ditempuh pemerintah. Kalau dihadapi dengan represif seperti penangkapan justru akan membakar api dendam,” tandasnya.[aji

ikuti terus update berita rmoljatim di google news