Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang secara tersirat menyebut utang pemerintah saat ini menumpuk karena warisan masa lalu membuat ekonom senior DR. Rizal Ramli tergelitik.
- Pesan Prabowo untuk Pilpres 2024: Siapapun yang Menang, Harus Bersatu Jaga Indonesia
- Minta Pemilu 2024 Ditunda, PAN Ternyata Tak Lolos Parlemen Kalau Pemilu Sekarang
- Pasangan Prabowo-Airlangga Paket Pemimpin yang Mampu Lanjutkan Program Jokowi
“Makin ngawur, ngeles kok kebangetan,” tutur Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur itu kepada redaksi, Kamis (27/10).
Rizal Ramli menjelaskan bahwa dalam tradisi demokrasi, pemerintah yang baru terpilih hanya boleh menyalahkan kebijakan pemerintahan sebelumnya maksimal hingga 6 bulan berkuasa.
Setelah periode tersebut, maka pemerintahan baru tidak bisa menyalahkan pendahulu. Sebab, mereka sudah punya kuasa untuk bisa menyelesaikan masalah bangsa.
“Jadi anda punya kuasa kok untuk benahi! Malah tambah utang gila-gilaan,” tutupnya.
Sri Mulyani mengurai bahwa lonjakan utang Indonesia tidak terjadi begitu saja. Utang sudah parah sejak puluhan tahun lalu, dan memburuk saat krisis moneter tahun 1997 hingga 1998.
“Waktu ada krisis 1997-1998 dengan adanya bail out, makanya utang kita (negara) sangat tinggi karena obligasi. Jadi ujung-ujungnya adalah beban negara,” jelasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Drama Matinya Microphone Paripurna Sama Dengan Matinya Kebebasan Berpendapat
- Roy Suryo Sebut Gibran Tak Lulus S2 di UTS Insearch Sydney
- 51 Persen Keluarga Miskin Sulit Membeli Beras Saat Pandemi