Ada persoalan serius di balik mundurnya dua Staf Khusus milenial Presiden Joko Widodo. Pasalnya, keduanya diduga terbentur konflik kepentingan antara perusahan pribadi dengan program atau proyek pemerintah.
- Tema Membangun SDM Saat Kampanye Jokowi Sama Seperti Revolusi Mental, Belum Terlihat Hasilnya
- Doa dan Harapan Warga Surabaya Timur untuk Bu Risma
- DPD Joman Jatim Dilantik, Ini Pesan Ketum Immanuel Ebenezer
Anggota Komisi IX DPR RI, Saleh Partonan Daulay menduga, pasti ada sesuatu di balik mundurnya dua stafsus milenial Belva Devara dan Andi Taufan. Jika tidak, mereka tidak mungkin secara tiba-tiba mengundurkan diri.
"Logikanya, kalau semua baik-baik saja, kan tidak perlu mengundurkan diri. Bekerja saja sebagaimana biasanya. Selama ini juga begitu. Publik juga tidak banyak menyoroti dan mempersoalkan kinerja mereka," kata Saleh Daulay dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (25/4).
Menurut Saleh, terkait dugaan konflik kepentingan Adamas Belva Syah Devara dengan Ruangguru-nya dan Andi Taufan Garuda Putra dengan mencatut kop surat Setkab untuk kepentingan Amartha miliknya, adalah persoalan serius.
Sebab, harus ditegaskan bahwa tugas seorang Stafsus Presiden adalah membantu kepala negara, bukan memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi.
"Dalam konteks ini, yang dipersoalkan bukan soal posisinya sebagai stafsus. Tetapi lebih pada kesan ada pemanfaatan posisi tersebut yang tidak sesuai dengan semestinya," kata Saleh Daulay.
"Stafsus itu mestinya bertugas memberikan masukan kepada Presiden terkait hal-hal aktual yang baik dan penting untuk dikerjakan. Stafsus bukanlah pejabat eksekutif yang bertugas mengerjakan proyek pemerintah," tegas ketua DPP PAN ini.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Pertanyakan Pengunaan Dana Pilkada 2024 Senilai Rp 84 Miliar, DPRD Gresik Senin Depan Hearing KPU
- Cak Imin Optimis KKIR Tak Akan Bubar
- Relawan Aliansi Khofifah Mataraman Pasang Ratusan Banner Prabowo-Gibran