Eksponen gerakan mahasiswa 1998, Haris Rusly Moti mengurai bahwa saat ini perang tidak lagi menggunakan alat tempur dan senjata.
- Tok! P-APBD Surabaya Rp 8,9 Triliun Disahkan, Prioritas untuk Pemulihan Ekonomi
- Situs Reco Banteng Ngawi Masih Bermasalah, Terutama Kepemilikan Status Tanah
- BBM Jenis Pertalite Langka, Warga Bondowoso Kesal Sering Tak Kebagian
Menurutnya, perang saat ini adalah soft war alias perang tidak kasat mata, tapi memiliki dampak yang luar biasa. Perang ini mampu melumpuhkan ekonomi sebuah negara.
“Sumber daya ekonomi dan keuangan dari negara itu bisa dirampok melalui awan (cloud), menggunakan senjata virus, hingga yang secara legal tampil pakai aplikasi game, Zoom, Tiktok, dan lain-lain,” terangnya dalam akun Twitter pribadi, Minggu (19/7).
Dia menjelaskan bahwa pakar kewaspadaan global, Michael Gross pernah menjelaskan cakupan mengenai soft war, yaitu semua tindakan non-kinetik, perang tanpa kekerasan. Mencakup perang cyber, perang biologi, perang dagang, currency war, sanksi ekonomi, perang informasi, hingga law warfare atau penggunaan hukum internasional.
Istilah soft war ini sendiri diambil dari novel technothriller, karya Thierry Breton, terbit tahun 1984. Ceritanya tentang penggunaan virus komputer untuk mensabotase dan mata-matai pemerintah USA.
“Anehnya, kisah yang ditulis dalam novel itu persis dengan kejadiannya Snowden,” tutup mantan ketum PRD itu.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Unitomo Gelar Sosialisasi Tanggap Bencana di Cemandi
- Peringati Hari Pahlawan, Pjs Bupati Kediri: Semangat Pahlawan Harus Tetap di Teladani
- Peringati HUT ke-72, Satpol PP Kota Surabaya Gelar Bakti Sosial Donor Darah