Krisis di Sri Lanka telah membuat anak-anak di sana hidup menderita, mengalami kekurangan gizi yang parah karena tingginya harga bahan pangan.
- Bantu Sri Lanka, India Kirim 40 Ribu Metrik Ton Solar
- Defisit Pertamina Membuka Krisis Baru di Indonesia
- Pemerintah Disarankan Perkuat Kerjasama dengan Ormas untuk Hadapi Krisis
Direktur Regional UNICEF untuk Asia Selatan, George Laryea-Adjei memperingatkan kerawanan pangan massal akan semakin meningkatkan kekurangan gizi, kemiskinan, penyakit, serta kematian di Sri Lanka.
"Ketika krisis ekonomi terus mengguncang Sri Lanka, anak perempuan dan anak laki-laki termiskin dan paling rentanlah yang membayar harga paling mahal," ujar Laryea-Adjei, seperti dimuat ANI News, Sabtu (27/8).
PBB memperkirakan, setengah dari anak-anak di Sri Lanka sudah membutuhkan beberapa bentuk bantuan darurat. Saat ini lebih dari 10 ribu anak berada di panti asuhan, karena sebagian dari orangtua mereka tidak sanggup membiayai anaknya.
Anak-anak di Sri Lanka juga kerap kali menjadi korban pelecehan, eksploitasi, serta kekerasan akibat tekanan ekonomi yang meningkat.
UNICEF mengatakan keadaan darurat Sri Lanka adalah peringatan bagi negara-negara Asia Selatan lainnya tentang risiko tidak bersiap menghadapi kesulitan ekonomi.
“Kita tidak bisa membiarkan anak-anak membayar harga untuk krisis yang tidak mereka buat. Kita harus bertindak hari ini untuk mengamankan masa depan mereka besok,” tegas Laryea-Adjei.
Lebih lanjut, komunitas internasional dinilai harus menjadi prioritas untuk berinvestasi dalam ketahanan komunitas lokal sebagai benteng melawan krisis.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Kondisi Ekonomi yang Tidak Menentu dan Biaya Wisuda: Beban Tambahan bagi Masyarakat Menjelang Lebaran
- Sumardi Dorong OPD Pemprov Jatim Maksimalkan Pelayanan Meski Ada Efisiensi Anggaran
- Revitalisasi Pasar Kembang Tahap Pertama Segera Dimulai, PD Pasar Surya Bangun TPS untuk Pedagang