Indonesia membutuhkan vaksin Covid-19 yang sangat banyak. Untuk memenuhi kebutuhan itu, pemerintah melirik kerjasama dengan negara-negara berpenduduk relatif lebih sedikit.
- Tidak Sampai 2 Jam, Saut Situmorang Jalani Pemeriksaan dan Jawab Semua Pertanyaan Penyidik
- MK Tolak Gugatan Anies-Cak Imin, Ada Dissenting Opinion!
- Gerakan KAMI Rasional dan Obyektif Karena Sila Keempat Diabaikan
Dikatakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, jika satu orangnyasaja membutuhkan dua ampul vaksin, maka sekitar 340 juta ampul yang perlu disiapkan.
“Misalkan saja ada 170 juta masyarakat, maka butuh minimal terkena dua kali shot. Jadi, minimal kita butuh 340 juta vaksin,” kata Airlangga seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL.
Berbicara di acara diskusi daring bersama Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (PP ISEI), Selasa (9/6), Airlangga menambahkan, untuk mendapatkan vaksin Covid-19 tersebut, banyak negara melakukan relaksasi intellectual property rights. Yaitu, bagi negara yang menemukan terlebih dahulu, maka dapat berbagi dengan negara lain.
“Siapa yang menemukan terlebih dahulu bisa sharing dengan negara lain, sehingga bisa melakukan co-production.”
Sementara, dalam upaya menemukan dan memenuhi kebutuhan vaksin tersebut dilakukan melalui kerja sama antara BUMN dengan beberapa perusahaan luar negeri.
“Sesuai arahan Bapak Presiden yang meminta kita untuk mengutamakan kerja sama dengan negara yang penduduknya relatif lebih kecil dari kita,” kata Airlangga.
Airlangga menambahkan, kerjasama tidak mungkin dilakukan dengan negara berpenduduk lebih banyak dari Indonesia seperti India atau China. Pasalnya, tiap negara pasti akan mementingkan dalam negerinya terlebih dahulu.
Sebaliknya, negara berpenduduk lebih sedikit seperti Korea, Prancis, dan Denmark merupakan calon mitra ideal karena mereka membutuhkan pasar yang besar.
“India atau China punya demand lebih dari satu miliar, otomatis mereka akan mementingkan negaranya masing-masing. Tapi Korea atau Prancis, mereka membutuhkan pasar sehingga kita bisa melakukan co-production,” kata Airlangga.
Di acara yang sama, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menjelaskan, pengembangan vaksin di Indonesia dipimpin oleh PT Bio Farma yang merupakan BUMN.
“Keinginan kita untuk mendapatkan vaksin dalam waktu relatif cepat, tidak tertinggal dari negara lain. Kita mengembangkan vaksin Indonesia sendiri yang efektif untuk virus yang beredar di Indonesia,” ujar Bambang.
Menurutnya, Indonesia membutuhkan sekitar 250 juta sampai 300 juta ampul. Itu jika ingin melakukan vaksinasi terhadap dua per tiga dari total penduduk Indonesia.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Kiat Prabowo-Gibran Tekan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
- Para Pendukung Anies-Muhaimin Deklarasi Tolak Hasil Pemilu 2024
- Uang Miliaran Hanya untuk Influencer, Jangan Salah Jika Muncul Anggapan Jokowi Lebih Pentingkan Citra Dibanding Rakyat