Wakil Bupati Bojonegoro Ajak Masyarakat Junjung Tinggi Toleransi Dan Jauhi Radikalisme

Wakil Bupati Bojonegoro, H. Budi Irawanto saat menjadi narasumber di Seminar Kebangsaan/RMOLJatim
Wakil Bupati Bojonegoro, H. Budi Irawanto saat menjadi narasumber di Seminar Kebangsaan/RMOLJatim

Bahaya laten radikalisme sering kali sulit terdeteksi. Ajaran-ajaran radikal ini menyusup ke ruang-ruang kelengahan masyarakat, sehingga untuk menangkal radikalisme tidak bisa sendirian.


Mencegah dan memerangi radikalisme merupakan tugas kita bersama, termasuk di wilayah pendidikan seperti kampus-kampus yang ada di Kabupaten Bojonegoro.

Hal tersebut diungkapkan Wakil Bupati Bojonegoro H. Budi Irawanto dalam pemaparannya di Seminar Kebangsaan yang diadakan oleh Kampus IKIP PGRI Bojonegoro

Seminar yang bertajuk “Intoleransi Terhadap Radikalisme di Masyarakat” menghadirkan Ketua MUI Bojonegoro, Kapolres Bojonegoro dan perwakilan Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL).

“Kampus seringkali menjadi tempat yang empuk untuk penyebaran faham-faham radikalisme. Mahasiswa yang mulai kritis dan dialektika akademik di kampus yang lebih dinamis memberi ruang bagi agen-agen radikalisme,” papar Wakil Bupati Bojonegoro dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (29/4)

Menurutnya, mahasiswa adalah gerbang utama penerus bangsa.

“Jika kita tidak peduli dengan gerbang utama itu, maka kita gagal menjaga penerus bangsa,” tegas Wakil Bupati Bojonegoro  yang akrap dipanggil mas wawan dihadapan para dosen dan mahasiswa.

Bagi Wawan, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro memiliki kewajiban untuk menjaga warganya dari bahaya ini. Pemkab juga harus menjaga keutuhan warganya dalam berbangsa dan bernegara, serta memperkuat rasa cinta tanah air. Caranya dengan menciptakan kesejahteraan masyarakat, mempererat hubungan antar elemen, dan tetap merakyat.

“Oleh karena itu, jika Bupati dan Wakil Bupati melenceng dari kewajibannya mensejahterakan masyarakat dan memecah belah keutuhan warga, maka saya siap dikritik. Jika saya tidak dekat dengan masyarakat, atau tidak membela masyarakat kecil, teriaki saya,” bebernya

Pada kesempatan yang sama, Kapolres yang diwakili Kasat Binmas AKP. Sujono menyampaikan bahwa radikalisme ini berawal dari orang yang mudah terpengaruh dan mudah membenarkan segala sesuatu tanpa memastikan terlebih dahulu.

"Jangan berprasangka dan jangan mudah terpengaruh, cari tahu dulu melalui internet atau buku maka kita bisa mengerti apakah hal yang diinformasikan ke kita benar atau salah," ungkapnya

Selain itu, Ketua MUI Bojonegoro KH. Alamul Huda menjelaskan bahwa pendidikan memiliki peranan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Pendidikan sangatlah penting karena menjadi pencegah radikalisme.

Kata Gus Huda, orang-orang penganut radikalisme adalah orang yang tidak cinta Indonesia dan tidak memahami apa itu agama. Mereka suka menyalahkan orang lain dan merasa paling benar.

"Maunya benar sendiri, menang sendiri,” ucapnya.

Gus Huda mencontohkan ilmu sapu lidi. Kata dia, sapu ini terdiri dari sekian ratus batang lidi, Jika tidak diikat, maka lidi tersebut akan tercerai berai, tidak berguna dan mudah dipatahkan. Tetapi jikalau lidi-lidi itu digabungkan, diikat menjadi sapu, tidak ada manusia bisa mematahkan sapu lidi yang sudah terikat.

“Jika kita bersatu, orang paling kuat pun bisa dikalahkan, maka mari bersatu,” imbuhnya.

Sementara itu, External Affairs Manager Ichwan Arifin menyatakan bahwa radikalisme sangat fundamental. Maka semua harus berkolaborasi untuk mencegahnya.

Kata dia, dulu Presiden Soekarno menggaungkan rasa nasionalisme sebagai bentuk kebersamaan Indonesia.

"Mari kita membangun bersama-sama menjadi riwayat yang sama untuk memajukan bangsa Indonesia," tandas aktivis sekaligus kolumnis itu.

Rektor IKIP PGRI Bojonegoro Dr Junarti M. Pd memyampaikan seminar kebangsaan ini adalah bentuk upaya menangkal radikalisme.

Perlu di ketahui, Seminar Kebangsaan ini juga dihadiri Anggota Komisi C DPRD Bojonegoro Natasha Devianti, elemen aktivis mahasiswa, para dosen, dan mahasiswa IKIP PGRI Bojonegoro.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news