Pengamat: Sulit Ditebak- Pilkada Jabar Rumit

RMOLBanten. Pilkada khususnya Pilgub Jawa Barat adalah provinsi dengan pemetaan politik yang paling sulit ditebak.


Ahmad Heryawan adalah gubernur Jabar dua periode yang berasal dari PKS sementara Pileg 2014 di Jabar dikuasai oleh PDIP dengan perolehan 20 persen dari jumlah kursi yang tersedia, dan di 16 dari 27 DPRD kabupaten dan kota se Jabar.

Itu artinya kedudukan Ahmad Heryawan sebagai gubernur tidak serta merta bisa menjadikan partainya sebagai penguasa di legislatif.

Begitu juga dengan kemenangan PDIP di Jabar tidak serta merta bisa memenangkan Jokowi-JK pada Pilpres 2014. KPU mengumumkan bahwa Jokowi-JK yang diusung oleh PDIP di Jabar hanya mampu meraih sebanyak 40,22 persen suara, kalah telak dibandingkan rivalnya Prabowo-Hatta yang berhasil maraup 59,78 persen suara masyarakat Jabar.

Berdasarkan pada keunikan tersebut, maka logika menang di Jabar berarti menang di nasional secara otomatis dapat dibantah. Simplifikasi semacam itu sudah tidak dapat diterapkan untuk melakukan kalkulasi politik yang lebih akurat.

Lantas apa yang membuat Prabowo-Hatta menang di Jabar pada saat Pilpres lalu. Fajar menyampaikan kemenangan Prabowo-Hatta tidak terlepas dari peran kepala daerah yang diusung oleh Partai Gerindra.

Kemenangan Prabowo-Hatta di Kota Bandung dan Jabar, kata dia, tidak terlepas dari peran Ridwan Kamil dan kepala daerah lainnya yang diusung oleh partai yang bergabung di Koalisi Merah Putih pada saat itu.

"Merujuk pada hal tersebut, jika dikaitkan pada peristiwa keriuhan di debat pilgub semalam, rupaya ada hal-hal yang harus dikaji secara lebih saksama. Selain persoalan etika sehingga mengakibatkan kericuhan atau memancing emosi kelompok lainnya," papar Fajar.

Dia kemudian menyarankan para elit politik terutama kandidat dapat lebih mengelaborasikan program yang disampaikan dalam kemasan komunikasi politik yang mendidik sehingga Pilgub Jabar selain berfungsi untuk memilih gubernur tetapi juga memberikan pendidikan politik.[dzk]