Rasa Corona

APA corona itu ada atau tidak ada?


Apa corona barang baru atau lama?

Apa corona tetap/tidak rusak atau rusak?

Apa corona beda atau sama dengan lainnya?

Apa corona jumlahnya satu atau ribuan?

Apa corona punya kuasa atau justru lemah?

Apa corona punya kehendak atas dirinya atau terpaksa?

Apa corona virus pandai atau bodoh?

Apa corona hidup bernyawa atau bakteri mati?

Apa corona bisa mendengar atau tuli?

Apa corona punya mata/bisa melihat atau buta?

Apa corona bisa mengeluarkan suara atau bisu?

Tentu tidak semua pertanyaan harus ada jawabannya, dan jawaban tidak harus sesuai dengan pertanyaan.

Bisa jadi itu cuma kamuflase, atau sebaliknya menjadi yang pasti, yang mutlak, yang wajib, yang hakiki.

Semua pertanyaan di atas tidak perlu dijawab. Apalagi kalau sudah tahu jawabannya, sebaiknya simpan saja di hati. Jangan terlalu diumbar. Artinya, dalam diammu itulah sebenarnya sudah menjadi jawaban.

Sebab yang namanya pasti itu ada. Yang namanya mutlak itu wajib. Yang namanya wajib harus dilaksanakan atau dijalankan. Yang namanya hakiki tentu kebenaran.

Apa kita bisa meniadakan kebenaran? Bisa. Kalau kita dibutakan oleh alam akal, alam pikir dan alam hati.

Yang bisa membuka kebenaran itu hanya alam rasa.

Rasa begitu halus, begitu lembut. Melebihi lembutnya segala seisinya.

Dengan alam rasa, tujuh langit ke atas dan tujuh bumi ke bawah bisa ditembus.

Apalagi sudah didawuhkan: "Aku lebih dekat daripada urat nadimu."

Bukankah kita akan menjadi naif bila sedekat ini tidak tahu akan sebuah kebenaran (haq).

Yuk, merenung bersama…

Noviyanto Aji
Wartawan RMOLJatim