Di masa pandemik Covid-19, sektor industri farmasi juga mengalami keterpurukan.
- Banyak Warga NU Prihatin Sikap Cak Imin Hina Ketum PBNU Secara Vulgar
- Pengamat: Jokowi Sudah Mengakui Prabowo Orang Sabar
- Polisi Diminta Usut Penipuan Tawaran Kerja Freelance
Hal ini diungkapkan Ketua Umum Kadin, Rosan Roeslani saat diskusi daring bertajuk 'Mempersiapkan Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam Pandemi Covid-19', Rabu (10/6).
"Yang dirumahkan kurang lebih 90%, yang di-PHK itu 10% pembagiannya," ungkap Rosan Roeslani dilansir Kantor Berita Politik RMOL.
Menurut dia, anggapan sektor farmasi seolah baik-baik saja di tengah pandemik Covid-19 ternyata berbanding terbalik. Hal ini ditengarai dengan mahalnya bahan baku untuk belanja farmasi karena mengalami kenaikan.
"Di sektor farmasi ini harga bahan bakunya meningkat 300-400 persen, sedangkan kita tahu sektor farmasi ini bahan bakunya 90 persen masih impor," tutur Rosan Roeslani.
Ditambah lagi utang BPJS Kesehatan hingga triliunan kepada perusahaan farmasi. Hal itu memperparah kondisi sektor farmasi hingga berujung merumahkan karyawan dan sebagian lainnya terpaksa di-PHK.
"Asosiasinya menyampaikan ke saya, BPJS Kesehatan juga masih ngutang ke mereka kurang lebih Rp 6 triliun. Bahan bakunya juga naik 300-400 persen sehingga di sektor farmasi melakukan dirumahkan atau di-PHK," demikian Rosan Roeslani.
- Meski Kerap Mengkritik, Anies Dijadwalkan Kampanye di IKN
- Gus Hans dan Para Gus Pengasuh Pesantren Bertemu Gibran di Kediaman Guru Ngaji Jokowi
- Budi Santoso: Meski Tak Terlalu Diperhitungkan, RPM 2024 Siap Bawa Puan Maharani Pecahkan Rekor