KAMI Ada Karena Parlemen Sebagai Fungsi Kontrol Cenderung Berpihak ke Penguasa

Deklarasi KAMI/Net
Deklarasi KAMI/Net

Munculnya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang dideklarasikan pada 18 Agustus lalu, karena adanya daya kritis di parlemen terhadap pemerintahan.


Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (Infus), Gde Siriana Yusuf berharap kepada KAMI untuk bisa mengubah situasi dan kondisi negeri yang saat ini tengah dilanda krisis kesehatan pandemik virus corona baru (Covid-19) dan ancaman krisis ekonomi.

Menurutnya, semangat KAMI yang menyikapi situasi negara yang carut marut, baik dari segi kebijakan maupun kepemimpinan, berjalan tanpa arah yang sesuai tujuan pada konstitusi.

"Maka lahirlah KAMI yang digagas sejumlah tokoh yang prihatin atas nasib rakyat dan masa depan negeri ini. Disambut meriah oleh berbagai elemen masyarakat di penjuru pelosok tanah air," ujar Gde Siriana sebagaimana diberitakan Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (22/8).

KAMI diharapkan aktivis Bandung Initiatives ini, dapat menjadi kekuatan extra parlementer dalam bingkai pembangunan demokrasi di Indonesia. Terlebih lagi, gerakan moral yang digagas Din Syamsuddin dkk itu bisa menjadi pelopor bagi gerakan moral yang sama untuk lahir.

"KAMI telah menjadi pelopornya. Menjadi inspirasi bagi masyarakat lainnya yang punya keprihatinan dan perspektif sama untuk bergabung dengan KAMI. Tapi tetap saja terbuka dan mengilhami bagi masyarakat lainnya untuk membentuk gerbong-gerbong oposisi extra parlemen lainnya," katanya.

Gerakan moral yang semacam KAMI itu, lanjut Gde Siriana, dapat memperkuat kelompok masyarakat atau civil society untuk bisa menjalankan kontrol terhadap pemerintah di saat parlemen sekarang ini tidak lagi efektif, karena cenderung berpihak kepada penguasa.

"Biarkan gerbong-gerbong oposisi extra parlemen lahir dan tumbuh dari akar masyarakatnya sendiri. Dan tidak perlu saling mengganggu," ungkapnya.

"Saya yakin, kemunculan gerbong-gerbong oposisi ekstra parlemen selain memperkuat civil society, juga akan membawa semangat perubahan. Biarkan semua ide-ide baru yang merupakan anti-tesa dari situasi saat ini disemai secara alamiah hingga menjadi suatu ide besar yang akan menyatukan semua kepentingan masyarakat," demikian Gde Sirian Yusuf.