Jasa influencer di pemerintahan Presiden Joko Widodo telah menyedot anggaran APBN yang tidak sedikit.
- Peran Media Menangkal Disinformasi Jelang Pemilu 2024
- Rizal Ramli: Kerahkan BuzzeRP, Jokowi Munafik
- Pemerintah Lebih Baik Beri Subsidi BBM daripada Pelihara Buzzer
Menurut pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, influencer memiliki perbedaan dengan buzzer.
Pria yang akrab disapa Hensat ini membeberkan minimal ada dua perbedaan antara influencer dan buzzer.
"Influencer itu mengutarakan opini pribadi, buzzer promo opini orang, oleh sebab itu, influencer lebih pake otak sementara buzzer cuma pake jempol," jelasnya lewat akun Twitter pribadinya, Minggu (30/8).
Jadi kalo ada orang yang mengaku influencer namun idenya kolektif maka orang tersebut pantas disebut buzzer.
"Nah selama ini situ pake otak atau cuma ngandelin jempol, kalau cuma ngandelin jempol ya bukan influencer lah," sindirnya seperti dimuat Kantor Berita Politik RMOL.
Indonesia Corruption Watch (ICW) telah menemukan datga bahwa pemerintah menghabiskan Rp 90,45 miliar untuk aktivitas digital yang melibatkan jasa influencer.
- Peran Media Menangkal Disinformasi Jelang Pemilu 2024
- Rizal Ramli: Kerahkan BuzzeRP, Jokowi Munafik
- Pemerintah Lebih Baik Beri Subsidi BBM daripada Pelihara Buzzer