Setelah teken surat pengunduran diri dari Aparatur Sipil Negara (ASN), calon wali kota Surabaya dari PDI Perjuangan Eri Cahyadi mengemasi barang-barang di kantornya, Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya. Dia dilepas para pegawai Bappeko dengan haru.
- Maki Klaim Kotak Kosong Menang 51 Persen, Relawan Eri-Armuji: Itu Halusinasi!
- Gerindra Gelar Konser, Eri Cahyadi: Saya Diundang, Guyub Rukun Bangun Surabaya
- Debat Perdana, Eri-Armuji Tawarkan 5 Agenda Transformasi
“Waktu kami dengar nama bapak disebut dalam pengumuman rekomendasi. Kami terus terang kaget. Bahagia tapi juga sedih. Sedih karena berarti bapak harus meninggalkan kami,” kata salah seorang ASN Bappeko.
Eri Cahyadi mulai mengemasi barang-barangnya langsung setelah menghadiri konferensi pers pencalonan dirinya oleh PDI Perjuangan di Taman Harmoni.
Dari tempat pembuangan akhir (TPA) yang disulap Wali Kota Surabaya jadi taman kota terbesar di Surabaya itu, Eri menuju Bappeko malam harinya. Dia mengemasi barang-barangnya berupa buku-buku, dokumen, hingga sejumlah merchandise.
“Saya harus komitmen karena sudah mundur dari ASN, maka secepatnya saya harus menanggalkan semua fasilitas negara yang saya pakai. Semakin cepat semakin baik karena saya tak ingin dianggap menggunakan fasilitas rakyat untuk kepentingan politik,” kata Eri.
Birokrat yang menjadi pelopor sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Pemkot Surabaya dan direplikasi ke daerah-daerah lain tersebut lantas melanjutkan membereskan barang-barangnya Kamis (3/9) paginya.
Mantan kepala Dinas Cipta Karya dan Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) itu membereskan ruang kerjanya di lantai dua gedung Bappeko. Momen Eri beres-beres ruang kerja tak ayal membuat para pegawai Bappeko bersedih. Mereka harus ditinggal kepala badan yang sudah memimpin mereka selama dua tahun terakhir.
“Pak Eri ini selalu memotivasi pegawai untuk terus berkembang. Beliau juga mengelola pekerjaan-pekerjaan perencanaan dengan sangat modern. Dia selalu ingin agar semua program selalu ada impact-nya ke masyarakat kecil. Jangan cuma program kelihatan bagus, tapi wong cilik cuma jadi penonton,” kata salah seorang ASN.
Usai mengemasi barangnya, Eri berjalan membawa koper dan container box berisi buku-buku bacaannya. Beberapa di antaranya buku berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia tulisan Cindy Adams, Pengantar Analisis Kebijakan Publik tulisan William N. Dunn terbitan UGM, Indeks Drainase dan Banjir Perkotaan, dan Pembangunan Inklusif.
Saat melintasi lorong tengah ruang para pegawai, dia diantarkan dengan tepuk tangan oleh para pegawai. Beberapa dari mereka terlihat menitikkan air mata. “Bismillah. Aku titip kantor yo, Rek! Tulung jogoen kantor ini dengan kinerja yang baik. Nek koen gak genah kerjone, seng soro warga-warga yang tidak mampu karena mereka adalah kelompok paling rentan,” katanya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Wali Kota Eri Cahyadi Sebut Proyek Penangan Banjir Surabaya Terus Berlanjut hingga 2026
- Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Lepas Kontingen PORWAPROV 2024, Targetkan Sabet Juara Umum
- PPDB Zonasi Bakal Dihapus, Wali Kota Eri Tunggu Juknis dari Pemerintah Pusat