Latah Komentari Turnamen All England Ketimbang Sidang HRS, Gus Yasin: PBNU Tidak Boleh Mendiamkan Kedholiman

Sidang online Habib Rizieq Shihab/Net
Sidang online Habib Rizieq Shihab/Net

Komentar Sekretaris Jenderal PBNU, Ahmad Helmy Faishal Zaini atas sikap tidak transparan dan tidak sportifnya penyelenggara turnamen All England 2021 yang memaksa atlet bulutangkis Indonesia mundur, menjadi perbincangan warga Nahdliyin. 


Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), Tjetjep Muhammad Yasin mempertanyakan sikap NU yang proaktif mengkritik turnamen All England 2021 ketimbang mengkritisi proses persidangan Habib Rizieq Shihab (HRS) yang dinilai sangat diskriminatif.

“Apa hubungannya PBNU dengan bulutangkis kok latah ngurusi All England?” Tanya Gus Yasin, sapaannya pada Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (23/3).

Menurutnya, PBNU sebaiknya mempertanyakan persidangan HRS yang memalukan di hadapan rakyat secara vulgar di mana polisi melarang pengacara HRS dkk menjalankan hak hukumnya memasuki ruang sidang.

“PBNU menjadi tempat berkumpulnya orang berilmu agama yang memiliki kwalitas dan berintegritas untuk rujukan umat, seharusnya mampu membaca kondisi yang meresahkan umat atas rangkaian peristiwa perlakuan yang tidak wajar dan perlakuan ketidakadilan terhadap HRS dkk karena berdampak buruk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar alumni PP Tebuireng Jombang ini. 

Menjadi aneh ketika yang disoroti PBNU, lanjut Gus Yasin, bukan yang berhubungan dengan agama dan kehidupan berbangsa serta bernegara yang langsung berhubungan dengan hajat umat namun malah menyoroti bulutangkis yang bukan menjadi ranah PBNU.

“PBNU harus peka terhadap ketidakadilan. Kalau pun tidak suka dengan Habib Rizieq, tetap tidak boleh mendiamkan kedholiman,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan nu.or.id, Sekjen PBNU, Ahmad Helmy Faishal mengatakan banyak kejanggalan dalam turnamen All England 2021 yang merugikan atlet Indonesia. 

“Banyak kejanggalan dan informasi yang tidak terbuka sehingga keputusan untuk memaksa WO (walkover) para pebulutangkis Indonesia tampak didasarkan pertimbangan yang tidak adil sehingga sangat merugikan Indonesia,” tegas Helmy, Jumat (19/3) pagi.