Meski Pandemi, Budidaya Bunga Hias di Pasaran Makin Menggeliat 

Budi Santoso pemilik galeri tanaman hias dan bonsai Berkah Alam Ngawi/RMOLJatim
Budi Santoso pemilik galeri tanaman hias dan bonsai Berkah Alam Ngawi/RMOLJatim

Di tengah situasi pandemi Covid-19, ada beberapa usaha terkena imbas bahkan bangkrut. Namun tidak semuanya demikian. 


Seperti pengakuan Budi Santoso pemilik galeri bunga hias dan bonsai di Ngawi ini justru makin menggeliat dari budidaya bunga hias yang dikembangkan hampir setahun terakhir. 

Kepada Kantor Berita RMOLJatim, pemilik galeri bunga Berkah Alam berlokasi di Kerten masuk Kecamatan Paron ini menyebut, tren tanaman hias baik bersifat indoor maupun outdoor mengalami pasang surut seiring dengan permintaan pasar yang fluktuatif. Faktornya, over supply tanaman hias di pasar.

"Dari pantauan saya beberapa bulan terakhir karena banyak orang yang mulai membudidayakan dan memperbanyak tanaman hias tertentu. Dampaknya bisa menurunkan popularitas jenis bunga dan harganya," terang Budi Santoso, Selasa, (13/4).

Bebernya, satu contoh jenis bunga hias yang pasarnya mulai meredup adalah Monstera atau latahnya janda bolong harganya tak semahal setahun lalu. 

Meski boleh dibilang meredup namun untuk jenis lain masih bertahan seperti Alocasia dan Jaklyn. Kedua jenis bunga hias itu masih tembus ratusan ribu hingga jutaan.

"Di sini saya tidak ingin menyebut nilai harga per bunga sesuai jenisnya. Memang ada beberapa jenis yang terasa menurun pasarnya tetapi jenis lain bertahan bahkan mengalami kenaikan permintaan," ungkapnya.

Lain halnya dengan bonsai, tambahnya, di wilayah Ngawi permintaan pasar akan tanaman keras yang dikerdilkan ini meningkat dari waktu ke waktu. Jenis tanaman yang paling dicari penggemar bonsai yakni pohon Serut, Santigi, Cemara, pohon Asem, Sancang, Komeng dan pohon Hokiantea.

"Di galeri sini jenis bonsai maupun tanaman hias dengan beragam jenisnya harganya sangat terjangkau sesuai pasar. Dari ratusan ribu sampai jutaan pun bisa dinego," pungkasnya.