Hilangnya Tokoh NU Dari Kamus Sejarah Terbitan Kemendikbud, Gus Yasin: Ini Kecerobohan Nyata, Sadis! 

Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), Tjetjep Muhammad Yasin/Net
Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), Tjetjep Muhammad Yasin/Net

Beredarnya softcopy Kamus Sejarah Indonesia Jilid I dan Jilid II yang diterbitkan Direktorat Sejarah pada Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dipertanyakan banyak pihak.


Pasalnya, dalam Kamus Sejarah tersebut banyak hilang nama-nama tokoh NU, seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Zainal Arifin, KH Wahid Hasyim, KH Masjkur, dan KH Yusuf Hasyim.

Ketua Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), Tjetjep Muhammad Yasin menilai hilangnya tokoh NU dalam Kamus Sejarah Jilid I dan Jilid II itu tidak boleh dianggap sepele. 

“NU jangan diam saja. Hari ini, kesannya ‘Mati Urip Melu Jokowi’. Dijadikan komisaris saja sudah ‘sariawan’. Ini risikonya kalau NU larut dalam politik, mengabaikan keputusan penting para masyayikh kembali ke Khitthah 26,” sindir Gus Yasin pada Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (21/4). 

Gus Yasin juga mengomentari jawaban Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid yang mengungkit Museum Islam Indonesia Hasyim Asyari di Jombang yang didirikan oleh Kemendikbud. Menurutnya, hal itu bukan jawaban yang tepat.

“Itu (Museum Islam Indonesia Hasyim Asyari di Jombang) bukan jawaban yang baik. Dia (Hilmar) ahli sejarah, mestinya tahu bahwa beredarnya Kamus Sejarah yang ngawur ini bisa berakibat fatal. Karena menjadi materi ajar, dan menjadi referensi nasional bagi anak-anak kita,” jelas alumni PP Tebuireng, Jombang ini.

Ditambahkan Gus Yasin, meski Kamus Sejarah Indonesia Jilid I tidak pernah diterbitkan secara resmi, namun dokumen softcopy sengaja diedarkan di kalangan tertentu. Kata Gus Yasin, hal itu sama saja. 

“Apa pun bentuknya, mau tidak resmi, masih softcopy, masih perlu penyempurnaan, ini menunjukkan kecerobohan yang nyata. Bisa jadi, kalau kita diam, semua akan berjalan biasa-biasa saja. Pelan-pelan, habislah peran tokoh-tokoh NU dalam Sejarah Indonesia. Sadis bukan?” Tegasnya.