Bendung Laju Persebaran Covid-19, Masuk Surabaya Lewat Suramadu Wajib Dirapid

Petugas gabungan saat menghadang pengendara di Suramadu/RMOLJatim
Petugas gabungan saat menghadang pengendara di Suramadu/RMOLJatim

Mendengar Kabupaten Bangkalan mengalami peningkatan kasus covid- 19, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi melakukan penyekatan di lajur timur pintu masuk jembatan Suramadu.


Tak hanya penyekatan namun para pengendara baik roda dua maupun empat  juga diwajibkan menjalani rapid antigen.

Langkah Pemkot Surabaya ini supaya tidak terjadi penularan di Surabaya.

"Lha lek kabeh dilos mrene (kalau semua masuk Surabaya), aku ngadakno rapid antigen dewe (saya mengadakan rapid antigen sendiri), dipikir-pikir Suroboyo engkok sing salah (kalau dipikir Surabaya yang salah). Kita harus melindungi warga Surabaya," kata Wali Kota Eri Cahyadi dikutip Kantor Berita RMOLJatim di jembatan Suramadu, Minggu (6/6).

Kekhawatiran itu disampaikan Eri saat memantau lalui-lintas di pintu masuk kota Pahlawan. Tepatnya di Suramadu. Sebelum menginjak metropolis, ratusan pengendara harus mengantri. Pasalnya, Pemkot menggelar rapid tes antigen masal. 

Langkah itu dilakukan Pemkot Surabaya untuk membendung persebaran Covid-19 cukup beralasan.

Sebab, di pulau garam itu, virus korona tengah mengamuk. Ada tiga kecamatan yang lockdown. Yaitu kecamatan Klampis, Arosbaya, serta Bangkalan. 

Di Suramadu, Eri sempat menghentikan pengendara yang mencoba menerobos pemeriksaan. Di jalur sepeda motor, pria 44 tahun itu menghadang kendaraan. 

"Minggir dulu," paparnya.

Sejumlah pengendara roda dua sempat hendak kabur. Melihat petugas yang lengah, mereka berupaya mengangkat sepeda motor. Melewati pembatas jalan. Sayangnya, usaha itu gagal. 

"Gak isok (gak bisa). Periksa dulu," tutur Eri. 

Seluruh ruas jalan dari Suramadu menuju ke Surabaya dijaga petugas gabungan dari TNI, Polri, BPN Linmas, serta Satpol memelototi pengendara. Tidak ada pengecualian. Seluruhnya harus mengikuti tes kesehatan. 

Ada satu tenda besar yang berdiri. Dijadikan sebagai lokasi rapid tes antigen. Bagi pengendara yang hasil uji kesehatannya non-reaktif, diperbolehkan melanjutkan perjalanan. Namun, yang reaktif, diantar ke rumah sakit. 

Dari pemeriksaan selama 30 menit, petugas menjaring ratusan pengendara. Baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Hasilnya, lima orang dinyatakan reaktif. 

Eri menuturkan, kegiatan itu dilakukan untuk membendung persebaran Covid-19. Terutama dari kawasan Madura. Pemkot tidak ingin, virus korona di Surabaya kembali melonjak. 

"Dari hasil koordinasi kami sepakat menggelar rapid antigen di Suramadu," ujarnya. 

Pembatasan ketat itu berjalan sejak Dua hari yang lalu. Pada hari pertama, sebanyak dua pengendara yang reaktif. 

Selang satu hari, ditemukan lagi tiga orang terindikasi terserang covid-19. Ditambah lima orang pada hari ini. Sehingga total mencapai 10 pengendara. 

Alumnus ITS itu menjelaskan, pengendara yang reaktif langsung dibawa ke rumah sakit. Ada tiga fasilitas kesehatan yang disediakan. Yaitu rumah sakit Lapangan, rumah sakit dr Soetomo, serta rumah sakit Asrama Haji. 

"Kalau Lima ini (pengendara yang reaktif) jebol, bablas. Lak muter kabeh. Trasing kita juga sulit," jelasnya.

Untuk membendung persebaran Covid-19, Eri menegaskan, Suramadu harus dijaga ketat. Setiap hari, pemkot menyiagakan petugas. Sampai virus korona di Bangkalan melandai. Sebanyak tiga shif penjagaan diturunkan. 

Upaya lain dilakukan. Pemkot berkoordinasi dengan Bangkalan Dan Pemprov Jatim. Hasilnya, pemprov akan mendirikan rumah sakit lapangan di perbatasan. 

Tepatnya sebelum memasuki Suramadu. Sehingga, penyekatan berjalan di dua titik. Di Bangkalan serta Suramadu. 

"Kami minta ke Bupati Bangkalan yo ojok di los ae," paparnya. 

Penyekatan di Suramadu itu sempat membuat warga kesal. Salah satunya Cholil. Lantaran dia harus antri sebelum masuk ke Surabaya. 

"Kasihan keluarga yang membawa anak kecil," ucapnya. 

Eri menjelaskan, pemeriksaan itu tidak melihat KTP. Seluruh pengendara dari Madura harus menjalani rapid tes antigen. Pihaknya meminta warga memahami kegiatan tersebut. Karena bertujuan melindungi warga. 

"Gak ketok e penyakite soale tak takoki koen nyerang Suroboyo opo gak? Kabeh, gak delok penyakite (gak kelihatan penyakitnya sebab tak tanya kamu (covid-19) menyerang Surabaya atau tidak? Semua tak melihat penyakit)," pungkasnya.


ikuti update rmoljatim di google news