Ekonom Minta Sri Mulyani Jujur Soal Pertumbuhan Ekonomi

Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati/Net
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati/Net

Klaim Menteri Keuangan Sri Mulyani terkait ekonomi Indonesia sudah pulih karena mengalami pertumbuhan 7,07 persen dan jauh lebih baik daripada Malaysia dan Singapura disorot berbagai kalangan.


Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Dradjad Wibowo mengatakan, benar bahwa besaran PDB Indonesia sudah melebihi level sebelum krisis.

Tercatat pada semester I tahun 2021 produk domestik bruto (PDB) harga konstan Indonesia mencapai Rp 5455,9 triliun. Harga konstan yang dipakai adalah tahun 2010. Angka ini sudah lebih tinggi dari PDB harga konstan tahun 2019 sebesar Rp 5369,2 triliun.

"Namun soal klaim bahwa negara-negara tetangga kita belum pulih ekonominya, mari lihat datanya," kata Dradjad, Jakarta, Jumat pagi (3/9). dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL.

Dradjad menuturkan, perekonomian Malaysia pada Triwulan II/ 2021 itu tumbuh 16,1%. Kemudian pada Triwulan I/2021 tumbuh minus 0,5%, lebih baik dari Indonesia yang minus 0,74%.

"Lebih dari dua kali lipat pertumbuhan Indonesia!" tegasnya.

Demikian halnya dengan Singapura, pada triwulan I/2021 saat Indonesia masih tumbuh minus, ekonomi Singapura sudah tumbuh 1,3%. Lalu pada triwulan II/2021 Singapura tumbuh 14,7%, dua kali lipat Indonesia.

"Berarti dua triwulan tahun 2021 ini Singapura tumbuh positif terus, sementara Indonesia baru positif di triwulan kedua," kata Ketua Dewan Pakar PAN ini.

Dradjad menilai, kembalinya ekonomi ke level sebelum pandemi itu hanya salah satu indikator saja. Di sisi lain, rebound-nya pertumbuhan itu indikator yang sangat penting.

Selain itu, Dradjad justru bertanya balik ke pemerintah yang tidak menyebut Vietnam sebagai perbandingan. Sebab, tahun 2020 Vietnam tumbuh positif 2,9% dan sama sekali tidak terkena resesi ekonomi di tengah pandemi. "Sedangkan kita terkena resesi," katanya.

"Jadi sebaiknya kita jangan 'cherry picking' atau 'pilih-pilih tebu' data statistik. Kalau mau jujur dan obyektif, ungkap semua data sehingga masyarakat paham gambaran yang sebenarnya, baik yang pahit maupun manis," imbuhnya menegaskan.

Namun begitu, Dradjad menyebut bahwa yang lebih baik saat ini adalah kerja nyata Indonesia menaikkan penerimaan negara dalam APBN dengan signifikan.

"Ini agar utang negara bisa dikurangi. Juga agar anggaran perlindungan sosial tahun 2022 tidak perlu dipotong Rp 60 triliun lebih dan kesehatan dipotong Rp 71,1 triliun," demikian Dradjad.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya mengklaim ekonomi Indonesia sudah membaik dibandingkan tahun lalu yang kontraksi parah. Dia membandingkan Malaysia hingga Singapura yang belum bernasib sama.

Ditambahkan Sri Mulyani, ekonomi kuartal II 2021 melesat 7,07 persen secara tahunan (year on year). Namun, tidak semua negara yang sempat terkontraksi ekonominya, mengalami perbaikan seperti Indonesia.

"Apakah dengan adanya kontraksi ekonomi menjamin rebound? Ternyata tidak. Lihat Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. GDP mereka di kuartal II 2021 belum bisa melewati kondisi sebelum Covid-19," katanya dalam Pembukaan dan Seminar Nasional Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) 2021 secara daring, Selasa lalu (31/8).