MUI Dorong Musyawarah dan Perdamaian di Antara Para Pemimpin Politik dan Suku Afghanistan

Para pemimpin Taliban/Net
Para pemimpin Taliban/Net

Para pemimpin politik, suku, dan elemen masyarakat di Afghanistan hendaknya menyelesaikan perselisihan secara damai, dengan mengedepankan musyawarah, persatuan, persaudaraan, dan tolong menolong agar terbentuk pemerintahan yang berdaulat, lebih kuat, serta bermartabat.


Hal itu digarisbawahi dalam taushiyah Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai perkembangan situasi di Afghanistan yang dirilis pada Jumat (10/9).  

MUI mengatakan, untuk mencapai kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik di Afghanistan, maka perlu meneladani Nabi Muhammad SAW saat membangun Madinah.

Dalam hal ini, MUI menekankan pentingnya merukunkan dan mendamaikan suku-suku yang bertikai, mempersatukan mereka, kemudian membangun negara yang heterogen.

MUI juga menyampaikan apresiasi atas upaya yang telah, sedang, dan akan diambil pemerintah maupun semua elemen masyarakat Indonesia sebagai wujud pelaksanaan amanat konstitusi khususnya Pembukaan UUD 1945.

Termasuk mendorong terciptanya penyelesaian masalah dan perdamaian abadi di Afghanistan, serta mendorong pemenuhan hak-hak warga negara termasuk hak-hak perempuan dan anak.

"Semua upaya di atas dilakukan untuk terwujudnya kehidupan

kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan di Afghanistan yang merdeka dan berdaulat," tambah MUI.

MUI juga mendorong pemerintah Indonesia untuk terus melakukan kerjasama dengan negara-negara Muslim yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) maupun badan internasional lainnya, dengan tujuan memberikan bantuan kemanusiaan dan solusi perdamaian abadi di Afghanistan.

"Mengimbau kepada semua pemimpin negara-negara di dunia dan masyarakat internasional untuk tidak melakukan intervensi terhadap proses politik internal di Afghanistan," pungkas MUI.