Ketum Bara JP Adukan Spanduk Bernada Rasis ke Polrestabes Surabaya

Ketum Bara JP Adukan Spanduk Bernada Rasis ke Polrestabes Surabaya/Ist
Ketum Bara JP Adukan Spanduk Bernada Rasis ke Polrestabes Surabaya/Ist

Korban spanduk bernada rasis di Surabaya membuat laporan ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Surabaya. 


Korban merupakan Ketua Umum Barisan Relawan Jokowi Presiden/Barisan Relawan Jalan Perubahan (Bara JP) 2020-2024 hasil Kongres Luar Biasa (KLB) Surabaya, Gianto Wijaya.

Gianto datang membawa bukti berupa foto-foto spanduk yang tersebar di beberapa titik jalan pada 27 September 2021 malam lalu. 

"Kita koordinasi ke Polrestabes Surabaya untuk pengaduan kasus rasisme akibat dari efek KLB Bara JP pada tanggal 25-26 September 2021 di Hotel Wyndham Surabaya," ucap Gianto didampingi kuasa hukumnya Vena Naftalia, Senin (4/10). 

Gianto sendiri sangat menyayangkan tindakan pelaku tersebut. Pasalnya ini baru pertama terjadi sejak ia memimpin Bara JP Jatim dan kini menakhodai Bara JP Indonesia. 

"Tidak pernah sama sekali. Mengapa setelah KLB di Surabaya muncul bertebaran banner yang rasis," tandasnya. 

Ia menilai, jika serangan tersebut menyasar kepada dirinya secara personal, akan lain soal. Karena dalam beda pandangan dalam berorganisasi merupakan hal lumrah. 

Namun beda soal jika sudah menyinggung Suku, Agama, Ras, Antar Golongan (SARA). Termasuk etnisitas. Oleh sebab itu ia akan melawan dan mengritisi segala tindakan  pemecah belah kebhinekaan baik di Jatim maupun seluruh Indonesia. 

"Karena ini masalah yang sangat sensitif," ungkapnya. 

Gianto bahkan tidak menyangka akan menerima perlakuan tersebut. Apalagi jika kelak diketahui pelakunya merupakan pihak internal. Pihaknya memohon aparat hukum segera mengusut kasus ini secepat mungkin. 

Apalagi lokasi pemasangan spanduk atau banner tersebut berada di jalan-jalan utama di Kota Surabaya yang terpantau CCTV.  Seperti di Jl Dr Soetomo, Jalan Diponegoro, Lapangan Thor, dan Rolag Gunungsari. 

"Kira-kira ada 9 atau 10 banner. Kelihatannya yang membuat sama itu, satu orang. Hampir 10 titik. Terpasang sejak tanggal 27 malam. Setelah KLB Surabaya. Tanggal 28 September, teman-teman dari Pemkot Surabaya, Polda dan Intel Kodam mengabari saya. Hampir bebarengan," ungkap Gianto. 

"Kita masih nggak tahu ya oknumnya siapa biar nanti pihak kepolisian yang menyelidiki. Kita masih tidak tahu oknumnya siapa. Tapi yang jelas bisa saya pastikan bahwa ini bukan dari oknum Bara JP Jatim. Ini suruhan, pasti dari luar Jatim," ujar Gianto. 

Ada alasan mengapa ia yakin tindakan tersebut tidak dilakukan oleh anggota Bara JP Jatim. Sebab KLB Bara JP Surabaya merupakan dorongan dari seluruh DPC kabupaten/kota di Jatim. 

"Mereka yang sangat kuat mendorong. Baru teman-teman DPD dari provinsi lain. Jadi di sini kami luruskan jangan membawa politik SARA di dalam organisasi Bara JP. Harus kita lawan," tegasnya sekali lagi. 

Mengenai posisi ketua umum terpilih definitif, Gianto melihat bahwa jabatan itu adalah beban dan tanggung jawab baru yang harus ia emban. 

"Siapapun yang ingin berkontestasi silahkan saya tidak ada ambisi untuk posisi ketua umum. Saya hanya ingin meluruskan arah juang. Dan yang paling saya benci adalah kata-kata rasisme karena itu berpotensi memecah belah," jelasnya. 

Kasus berbau SARA juga seolah menjadi ironi bagi pendukung Presiden Jokowi. Oleh sebab itu Gianto berujar apabila kelak diketahui siapa oknum pemasang banner rasis itu, ia tak akan segan bertindak tegas. Terlebih apabila pelaku adalah teman satu organisasi. 

"Kalau memang ini nanti oknumnya sudah diketahui siapa, lebih baik saya tidak se-organisasi dengan oknum ini apapun yang terjadi. Karena benar-benar merusak kebhinekaan," ujar Gianto Wijaya.