Serangan dari buzzer atau pendengung di media sosial yang membunuh karakter pengkritik pemerintah membuat geram tokoh senior DR. Rizal Ramli.
- Arief Poyuono: Wacana 3 Periode Cuma Alat Tes Jokowi Menguji Loyalitas Parpol Koalisi
- PKB: Jika Semua Menteri Sudah On The Track, Tidak Perlu Ada Reshuffle
- Jika Koalisi Besar Benar Terbentuk, Airlangga Bisa jadi Cawapres
Pasalnya, serangan yang dilakukan buzzer justru membunuh demokrasi, yang seharusnya mengutamakan dialog untuk kemajuan bangsa.
Sementara jurus yang digunakan buzzer umumnya sebatas mengolok-olok pribadi pengkritik dengan hal-hal yang tidak substansial. Tujuannya agar pesan yang disampaikan jadi buyar.
Tidak terkecuali serangan yang diterima oleh Rizal Ramli selama ini. Di mana bunyi dari serangan buzzer itu seragam. Yaitu “menteri pecatan”.
“Menteri pecatan” didengungkan karena Rizal Ramli hanya sebentar menjabat menteri di era pemerintahan Jokowi.
Menanggapi itu, Menko Perekonomian era Gus Dur tersebut menekankan bahwa seorang menteri bisa saja tidak cocok dengan presiden yang memimpin pemerintahan. Di Indonesia, sudah banyak contohnya.
“Ini soal pecatan buat yang kurang wawasan dan oon. SBY dipecat Megawati, Jusuf Kalla dan Wiranto dipecat Gus Dur, Prabowo Subianto dipecat Habibie,” ujarnya kepada redaksi, Kamis (7/10).
Rizal Ramli menekankan bahwa pemecatan menteri atau lebih tepatnya perombakan menteri merupakan hal yang wajar dan biasa dalam politik. Hal itu juga bukan pertanda menteri memiliki dosa besar pada rakyat Indonesia.
Terpenting menteri tersebut dipecat bukan karena kasus korupsi dan pelanggaran hukum lainnya.
“Jadi ini sering terjadi karena perbedaan kebijakan dan style. Yang penting integritas terjaga,” tutupnya.
- KIB Bangun Koalisi Nasionalis-Religius Hingga ke Desa
- Antisipasi Arus Balik Pemudik Ke Jakarta, Pemerintah Siapkan 21 Lokasi Tes Covid-19
- Fraksi PKS DPR RI Minta Pembahasan RUU Kesehatan Harus dengan Prinsip Kehati-hatian