Terkuak, Pelaku Penurunan Plang di Masjid Al Hidayah Banyuwangi Adalah Warga Muhammadiyah

Forum tabayun antar warga yang berselisih di Masjid Al Hidayah Cluring, Banyuwangi berakhir damai/RMOLJatim
Forum tabayun antar warga yang berselisih di Masjid Al Hidayah Cluring, Banyuwangi berakhir damai/RMOLJatim

Pelaku penurunan paksa plang Muhammadiyah di Masjid Al Hidayah Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Banyuwangi adalah warga (amaliah) Muhammadiyah.


Hal itu, dikatakan dalam jumpa pers oleh Tim Advokat dan Penasehat Hukum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur pada Minggu (13/3), di halaman Masjid Al Hidayah.

Ketua Tim Advokat dan Penasehat Hukum PW Muhammadiyah Jatim, Masbukhin tidak menampik hal itu saat dilontari pertanyaan wartawan dalam jumpa pers tersebut.

Beberapa waktu kemudian, di Masjid Al Hidayah ada pertemuan tabayun, yang dihadiri oleh beberapa warga yang menolak pemasangan plang Muhammadiyah dan jajaran pengurus PDM Banyuwangi serta Tim Hukum PW Muhammadiyah Jawa Timur.

Dalam forum tabayun itulah, penurunan plang Muhammadiyah terkuat. Pemicunya ditengarai masalah internal pengurus takmir Masjid Al Hidayah.

Salah seorang warga yang menolak pemasangan plang Muhammadiyah, Rahmad menceritakan sejarah masjid itu.

Ia menjelaskan, pihaknya mempunyai bukti surat yang menyatakan bahwa Masjid Al Hidayah adalah milik masyarakat.

Saat itu, dana yang digunakan untuk melakukan renovasi juga berasal dari dua RT di Dusun Krajan, Desa Tampo yang ada di sekitar masjid.

"Granit yang sekarang terpasang di masjid ini ketika itu sudah dibeli, padahal dana belum terkumpul dari masyakarat," beber Rahmad, dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

Granit itu untuk memancing warga agar tergerak bersedekah saat proses renovasi dilakukan. Hingga akhirnya terkumpul uang sekitar Rp 8,9 juta.

Dalam perjalanannya, kemudian banyak yang menyumbang. Termasuk paving, aula hingga atap dan pagar Masjid Al Hidayah.

Yang menyakiti hatinya, lanjut Rahmad, dalam kurun 8,5 bulan masa renovasi Masjid Al Hidayah beberapa orang pengurus takmir masjid kurang respon.

"Selama pembangunan yang aktif lima orang. Beberapa tiba-tiba mengundurkan diri dan membentuk takmir baru," ungkapnya.

Soal penurunan papan nama, Rahmad mengaku siap dipersalahkan. Papan nama yang dipotong tersebut, kata pria yang menjabat Seksi Pemeliharaan Fisik dan Pembangunan Masjid Al Hidayah tahun 2020-2021 itu, karena sudah ada kesepakatan sampai tingkat Kecamatan Cluring.

"Tiba-tiba pengurus inti tidak ada yang dilibatkan. Tanpa alasan kami ditinggal," keluhnya.

Cicit dari wakif (pemberi wakaf) Komarudin turut bercerita,  bahwa ayah menantu dari Kiai Bakri merasa kasihan dengan mantan pengurus yang terabaikan semenjak rampungnya renovasi masjid.

"Sempat saya rayu untuk menggelar pengajian di rumah warga selama empat bulan. Kemudian kami ajak untuk memakmurkan masjid. Warga seolah tak nyaman ibadah di masjid. Padahal warga yang bangun sejak turun temurun," papar Komarudin.

Saat itu Komarudin menyerukan agar pengurus lama yang tidak jadi pengurus takmir lagi agar dirangkul sesuai keahlian.

"Yang bisa jadi khotib ayo dirangkul, yang ahli bangunan ayo dirangkul sesuai keahlian," ujarnya.

Heri Sasmito, warga lain yang menolak menegaskan bila masalah ini terjadi akibat internal takmir Masjid Al Hidayah dinilai pecah.

"Ketika pembentukan takmir baru warga sekitar masjid tidak diundang," ucapnya.

Usai forum tabayun berakhir, kedua belah pihak nampak saling rangkul, bersalaman dan menyatakan damai atas insiden penurunan plang Muhammadiyah tersebut. Sehingga, suasana di lokasi antar amaliah Muhammadiyah itu terlihat adem dan mesra kembali.