Ketegangan Cak Imin dan Gus Yahya Bisa Mengulang Sejarah Konflik Lama dengan Gus Dur

Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf/RMOL
Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf/RMOL

Ketegangan politik antara Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf rupanya terus berlanjut.


Terbaru, politisi yang biasa disapa Cak Imin menyebutkan bahwa apa yang disampaikan oleh Gus Yahya terkait dengan PKB tidak akan berpengaruh apa-apa.

PKB, ditegaskan Cak Imin memiliki 13 juta pemilih dan riset beberapa lembaga survei pendukung PKB adalah paling loyal.

Gus Yahya sendiri sejak terpilih Ketum PBNU memang kerap melontarkan pernyataan yang secara politik mengambil jarak dengan PKB. Salah satu pernyataan yang paling kentara Gus Yahya menegaskan bahwa PBNU tidak ingin jadi alat politik PKB.

Direktur Eksekutif Indostrategic, A. Khoirul Umam berpendapat ketegangan politik merupakan benturan ego personal antara Cak Imin dengan Gus Yahya. Ketegangan itu kelanjutan dari friksi politik yang mencuat dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung akhir 2021 lalu.

Menurut Umam, benturan gerbong Cak Imin yang memdukunhgKiai Said dengan gerbong Gus Yahya saat itu, dibangun di atas narasi gugatan atas politisasi NU yang dioperasikan oleh sel-sel politik PKB yang dianggap leluasa mempengaruhi dan mengendalikan struktur NU.

"Karena itu, perang kata dan ketegangan antara Cak Imin dan Gus Yahya mulai tercipta, seolah memgembalikan sejarah konflik lama antara kubu Cak Imin dan kubu Gus Dur yang kini direpresentasikan oleh Gus Yahya, mantan jubir Presiden Wahid kala itu," kata Umam kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (11/5).

Dalam pandangan Umam, jika friksi berbasis ego personal antara Cak Imin dan Gus Yahya ini tidak dikelola, maka fragmentasi hingga konflik akan melembaga, dan melibatkan kekuatan politik PKB dan PBNU.

Imbasnya, tambah Dosen Universitas Paramadina ini akan berdampak buyarnya konsolidasi politik Nahdliyyin di Pemilu dan Pilpres 2024 mendatang.

"Jika basis pemilih loyal Nahdliyyin menyebar, perolehan suara PKB akan merosot dan dukungan warga Nahdliyyin terhadap pasangan Capres-Cawapres berpotensi tersebar secara merata," pungkas Umam.