Paska Kerusuhan di Jember, Para Guru Masih Trauma Datang ke Sekolah

Rumah guru yang dirusak saat kerusuhan/Ist
Rumah guru yang dirusak saat kerusuhan/Ist

Meski 14 pelaku pembakaran, perusakan rumah dan penganiayaan di wilayah Padukuhan Patungrejo dan Dampikrejo, Dusun Baban Timur, Desa Mulyorejo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, telah ditetapkan sebagai tersangka. Namun masih menyisakan trauma bagi guru yang menjadi korban kerusuhan. 


Sejumlah guru di sekolah tersebut kabarnya belum berani datang ke sekolah Dasar yang berada di tengah kawasan hutan lindung Perhutani KPH Jember. 

Atas informasi tersebut, anggota Komisi D DPRD Jember, akan segera mengecek ke lapangan untuk melihat langsung kondisi sekolah dan rumah guru di Patungrejo Baban Timur desa Mulyorejo Kecamatan Silo, yang berada dekat perbatasan Kalibaru Banyuwangi. Sebab ada 2 guru yang  menjadi korban kerusuhan konflik petani asal Kalibaru Banyuwangi dengan sejumlah warga Padukuhan Patungrejo tersebut. 

"Saya akan segera cek lokasi. Mohon waktu, nanti saya kabari," ucap Ketua Komisi D DPRD Jember, KH Muhammad Hafidzi Kholis, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Sabtu (20/8).

Kepala SDN Mulyorejo 2, Ratih Wulandari mengatakan, letak sekolah kelas jauh ini lebih dekat ke daerah perbatasan Kalibaru daripada ke sekolah induk SDN Malyorejo 2. Sekolahnya terpencil karena masih di wilayah perkebunan kopi atau tepatnya di atas lahan perhutani. Untuk sampai menuju sekolah tersebut, butuh waktu 2 jam perjalanan. SDN Mulyorejo 02 berada di Padukuhan Bedengan Dusun Baban Timur.  

Dia menjelaskan, bahwa rumah 2 guru ikut terbakar dan dirusak sekelompok warga asal Kalibaru Banyuwangi.  

"Administrasi, sarana dan prasarana pendidikan diantaranya seperti laptop yang disimpan di rumah guru ikut terbakar," katanya. 

"Sejauh ini 2 guru masih belum berani kembali ke sekolah itu, karena masih trauma," jelas wanita yang baru dua bulan menjabat kepala SDN Mulyorejo 02 ini.

Ratih berharap Pemkab Jember bisa memperhatikan nasib guru tersebut. Selain itu, guru-guru yang mengajar di tempat terpencil ini belum menerima honor yang layak.  

Diketahui, jumlah guru di sekolah kelas jauh ini berjumlah 3 orang dengan 32 orang siswa. 

Sementara itu, PLt Dinas pendidikan Kabupaten Jember, Sukowinarno saat dikonfirmasi mengaku masih belum menerima laporan resmi baik dengan surat atau secara lisan dari pihak sekolah tersebut.  

"Kami masih akan mengecek ke sekolah tersebut untuk mendata kerusakan sarana pendidikan akibat kerusuhan tersebut. Terima kasih atas informasinya," ucap Sukowinarno.

Dia menjelaskan, langkah ini dilakukan untuk menginventarisir serta memastikan apakah barang-barang yang rusak, apakah masuk aset sekolah atau aset pribadi. Kasus ini masuk peristiwa atau kejadian luar biasa.

Sebelumnya, paska kerusuhan yang terjadi di wilayah Padukuhan Patungrejo dan Dampikrejo Dusun Baban Timur, polisi menangkap dan menetapkan 9 orang tersangka karena diduga terlibat pembakaran rumah dan fasilitas publik di daerah tersebut. 

Mereka berasal dari warga kecamatan Kalibaru Banyuwangi dan Madura. Peristiwa itu terjadi 4 kali berturut-turut mulai 3 Juli-5 Agustus 2022, salah satu korbannya adalah guru tersebut. 

Selain itu polisi menangkap 5 orang tersangka yang diduga pelaku premanisme dan penganiayaan terhadap 2 warga Kalibaru. Kelimanya warga Desa Mulyorejo Kecamatan Silo, yang rumahnya menjadi korban pembakaran. 

Sehingga jumlah total yang diamankan polisi berjumlah 14 orang tersangka. 

Bahkan menyusul kejadian itu, Polres Jember dibackup Polda Jatim mengerahkan satuan Dalmas Polres Jember dan Brimob Polda Jatim serta TNI hingga suasana daerah tersebut kondusif. 

Selain itu polisi menerjunkan anggotanya untuk melakukan trauma healing kepada anak-anak korban kerusuhan. Kemudian ada juga tenaga pengajar bagi anak-anak sekolah tersebut.