Giri Kedaton

Situs Giri Kedaton/Ist
Situs Giri Kedaton/Ist

TIDAK banyak orang tahu situs Giri Kedaton. Padahal lokasinya dekat dengan kompleks makam Sunan Giri. Sekitar 200 meter sebelah selatan. Berada di wilayah Kelurahan Sidomukti Kecamatan Kebomas, Gresik. 

Awal ke sana, saya agak kebingungan mencari lokasinya. Saya tanya ke kusir delman yang biasa mangkal di areal makam Sunan Giri. 

Sang kusir tidak tahu Giri Kedaton. Dikiranya Giri Kedaton ya makam Sunan Giri. Saya ganti bertanya ke penjual sate. Sama. Dia celingukan. Giri Kedaton dikira ya makam Sunan Giri. 

Saat saya tanya makam Raden Supeno. Juga tidak tahu. Di lokasi Giri Kedaton itu memang terdapat makam Raden Supeno. Dia adalah putera pertama Sunan Giri. Meninggal di usia muda, mendahului ayahnya. Dimakamkan di situ. 

Saat saya tanya tukang ojek. Juga tidak tahu. Giri Kedaton ya dikira makam Sunan Giri. 

Apakah peziarah Sunan Giri juga tahu soal situs ini. Saya rasa tidak banyak yang tahu. Warga yang sering beraktivitas di sana saja banyak yang tidak tahu. Apalagi warga dari luar. Mungkin warga asli Gresik yang tahu soal situs ini. 

Ya, situs ini berada di atas bukit. Dinamakan kedaton karena di sinilah pusat pemerintahan era Giri I atau Sunan Giri atau Raden Paku atau Raden Ainul Yaqin. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kedaton berarti kerajaan. Arti lainnya dari kedaton adalah singgasana atau istana.

Giri Kedaton didirikan oleh Sunan Giri pada sekitar tahun 1487 M. Awal sebelum jadi pusat pemerintahan, Giri Kedaton adalah pesantren. 

Dipilihnya lokasi ini, menurut versi yang saya dapat dari orang-orang, Raden Ainul Yaqin diberi segenggam tanah oleh ayahnya Syeck Maulana Iskhak dari Samudra Pasai. Beliau termasuk Wali Songo periode I. 

Tanah pemberian Maulana Iskhak itu merupakan tanah yang menjadi pondasi pesantren Giri Kedaton. 

Maka, berkelilinglah Raden Ainul Yaqin ke Tanah Jawa. Hingga sampailah di wilayah Gresik. Di tempat itulah Raden Ainul Yaqin mencocokkan tanah pemberian ayahnya. Dan, cocok. 

Akhirnya Sunan Giri bermukim di situ. Mendirikan pesantren. Dan, mengajarkan ajaran Agama Islam kepada para santrinya. Terutama santri-santri yang datang dari penjuru pelosok. Banyak santrinya yang merupakan pedagang. Mereka yang datang tidak sekedar berdagang melainkan juga berguru ilmu. 

Dari banyak santri itu, pesantren Sunan Giri makin terkenal. Hingga dikenal kemudian dengan Giri Kedaton. 

Hanya saja, di Giri Kedaton tidak banyak terlihat peninggalannya. Pesantrennya sudah roboh alias hilang. Sekarang yang berdiri hanya mushola di lokasi paling atas. Berdiri mengelilingi batu-batu besar. Mushola itu sekaligus menandakan pernah ada pesantren Sunan Giri di sana. Pernah ada pusat pemerintahan di sana. 

Di makam Giri Kedaton ada beberapa makam lain. Kemungkinan itu makam santri-santri Sunan Giri. Yang utama, tentu makam Raden Supeno. 

Seperti yang saya sebut tadi, beliau putera Sunan Giri pertama. Dari istri Dewi Wardah binti Sunan Bungkul Surabaya. Raden Supeno mempunyai nama lain yaitu Raden Ramli. Riwayat hidupnya singkat. 

Raden Supeno meninggal di tangan prajurit Majapahit saat diutus membunuh Sunan Giri. Ketika itu usianya masih remaja. Raden Supeno kemudian dimakamkan di Giri Kedaton. Beliau ditandai dengan gelar “Pangeran Pasir Batang” artinya pelopor tanah tebakan yaitu Bumi Kedaton. 

Yang bikin saya kaget, air di Giri Kedaton diambil dari bawah. Ada pipa PAM dialirkan naik ke atas. Apakah bisa? Buktinya bisa. Juru kunci makam menyebutkan di Giri Kedaton tidak ada sumber mata air. Tidak ada sumur. Semua diambil dari bawah. Jaman dulu juga begitu. 

Dulu air diambil dari danau Pegat. Lokasinya lumayan jauh. Tidak bisa dibayangkan santri-santri Sunan Giri dulunya harus harus mengangkat air dari bawah untuk dibawa ke atas. Ya, mereka ngangsu kaweruh juga ngangsu banyu.

Sebenarnya situs Giri Kedaton sangat cocok menjadi jujugan para peziarah. Hanya saja, tidak banyak orang yang tahu. Selain itu lokasi situs yang masuk ke perkampungan warga. Tidak ada tempat parkir menyulitkan peziarah untuk masuk. 

Beberapa pengunjung yang mengendarai motor biasanya memarkir motornya di rumah-rumah warga. Tidak ditarik biaya. Dijamin aman. Sebab, warga sendiri kadang seenaknya parkir motor di depan rumah dari pagi hingga malam. Aman-aman saja. 

Untuk parkir mobil tidak ada tempatnya. Ini yang menyulitkan rombongan peziarah. Otomatis bagi peziarah yang mau mampir, mereka bisa memarkir mobilnya di areal makam Sunan Giri. Lalu, dengan berjalan kaki atau naik delman atau ojek, bisa menuju ke lokasi Giri Kedaton. 

Karena lokasinya di atas bukit, pengunjung harus melewati jalan berteras-teras atau berundak. Semakin ke atas, tangga yang berundak tersebut semakin kecil. Sampai saat ini masih ditemukan lima teras saja.

Sesampai di atas, pengunjung bisa melihat pemandangan kota Gresik. Pemandangannya bagus. Cocok bagi penggemar swafoto. Bahkan dari situ terlihat Pelabuhan Teluk Lamong dan Jembatan Suramadu. 

Sejauh ini, kata juru kunci makam, Giri Kedaton memang banyak dikunjungi orang-orang di waktu-waktu tertentu. Seperti malam Suro atau malam Jumat Legi. Yang datang dari berbagai daerah. Kebanyakan warga Surabaya. Peziarah Wali Songo, tidak mesti. Karena memang tidak tahu. 

Selain pendatang atau peziarah, situs ini kerap didatangi ahli sejarah dari Trowulan. Mereka datang untuk meneliti. Namun sangat disayangkan, promosi situs Giri Kedaton masih kurang greget. Padahal jika Pemkab Gresik terutama Dinas Pariwisatanya mau serius mengelola situs ini, bakal menjadi wisata religi paling apik dan tak kalah dengan makam Sunan Giri.

Wartawan Kantor Berita RMOLJatim