Siswa SMA ABK di Surabaya Unjuk Gigi dalam Lomba Hafalan dan Baca Al - Quran

Siswa SMA ABK di Surabaya Ullomba Hafalan dan Baca Al - Quran/ist
Siswa SMA ABK di Surabaya Ullomba Hafalan dan Baca Al - Quran/ist

Pada HUT Kemerdekaan RI, biasanya masyarakat, menggelar lomba balap karung, makan kerupuk, panjat pinang dan sebagai. Namun berbeda dengan lomba yang digelar di SMA Kertajaya Surabaya pada HUT ke - 77 RI kemarin, siswa - siswi sekolah itu berlomba hafalan dan membaca Al-Qur'an.


Kepala SMA Kertajaya, Samini mengatakan, lomba hafalan dan membaca Al - Quran ini tidak hanya diikuti oleh siswa biasa, namun juga ada empat orang siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tunanetra dan dua anak slow learning yang turut unjuk kebolehan. 

Digelarnya lomba ini, bukan malah membuat siswa - siswi itu menyerah, namun malah antusias. 

"Alhasil ada 17 anak yang ikut lomba hafalan dan baca Al-Quran 30 juzz, kemudian 8 anak ikut hafalan dan baca Al-Quran 17 juzz kemudian sisanya 3 anak mengikuti yang 7 juzz," kata Samini dalam keterangan resmi yang diterima Kantoe Berita RMOLJatim, Kamis (1/9).

Bukan sekadar hafalan dan membaca saja, dalam lomba ini Samini ingin, para pelajar SMA Kertajaya itu memahami sekaligus menanamkan ilmu dan isi dari bacaan Al-Quran ke dalam diri mereka masing - masing. 

Selain mengamalkan bacaan Al-Quran, ia berharap, murid - muridnya itu turut mendoakan para pahlawan yang telah gugur. 

Meskipun dalam lomba ini ada enam orang siswa ABK, Samini mengaku, tidak ada kesulitan ketika memberikan materi pelajaran maupun saat mengajari untuk membaca Al-Quran. 

Dengan bantuan siswa lainnya, siswa ABK dapat dengan lancar menghafal maupun membaca kitab suci umat muslim tersebut. 

"Siswa ABK kami fasilitasi dengan smartphone dalam belajar mengajar, kemudian untuk baca Al-Quran disediakan khusus dengan huruf Arab braille. Jadi ada aplikasi khusus juga, untuk anak tunanetra," jelasnya. 

Agar siswa ABK tidak minder ketika mengikuti belajar mengajar di kelas, Samini menambahkan, siswa reguler turut diberi pengertian dan pengetahuan soal ABK. 

Tujuannya, agar siswa reguler yang ikut pembelajaran di dalam kelas tidak menganggap remeh atau sampai timbul tindakan bullying terhadap siswa ABK. 

"Setelah ada pembekalan, lalu kami bentuk tim. Untuk anak slow learning itu ada enam siswa pendamping secara sukarela, begitu dengan yang tunanetra. Hal itu berkelanjutan hingga siswa ABK itu bisa mandiri dan berani bersosialisasi," pungkasnya.