Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) melakukan normalisasi saluran air atau pelebaran sungai, dengan melakukan pengerukan lumpur di sepanjang sungai di kawasan Mangrove Wonorejo.
- Lift JPO Jalan Pemuda Surabaya Dibakar Anak di Bawah Umur, Bukan Terbakar
- Beberapa Program Surabaya Hingga Raih Penghargaan Predikat Terbaik 1 dalam Penghargaan SDGs Action Award 2024
- HUT ke-79 TNI di Surabaya, Pangkoarmada II: Transformasi TNI Menuju Kekuatan Pertahanan Modern
Kepala Bidang Drainase DSDABM Kota Surabaya, Eko Juli Prasetya mengatakan bahwa normalisasi saluran air dengan melakukan pengerukan lumpur sungai tersebut dilakukan untuk mengembalikan lebar sungai seperti keadaan awal.
“Pengerukan memang untuk saluran sungai. Artinya, mengembalikan lebar sungai seperti semula. Dulu lebarnya 30 meter, di lapangan sekarang tinggal 20 meter dan yang 10 meter itu ditanami mangrove,” kata Eko dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Senin (5/9).
Eko menjelaskan, dari hasil normalisasi sungai tersebut, endapan lumpur-lumpur pengerukan diletakkan di jalan inspeksi sungai yang berada di sisi bagian samping sungai.
“Semakin lebar sungai tersebut, maka jalur inspeksi juga akan semakin lebar. Nah itu adalah jalur inspeksi yang ditanami oleh tanaman mangrove. Ketika kita melakukan normalisasi, maka tumbuhan tersebut tertimbun hasil pengerukan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Eko menerangkan bahwa sungai tersebut merupakan sungai yang cukup dangkal.
Maka, pihaknya berupaya bertemu dan berdiskusi bersama para penggiat lingkungan, untuk menentukan jarak antara jalur inspeksi sungai dan lokasi penanaman mangrove.
“Kedepannya kita akan duduk bersama dengan aktivis lingkungan agar tidak saling menyalahkan, karena kalau ingin menanam mangrove itu terkait fungsi saluran sungai harus disebelah mana? karena masih di dalam lingkup sungai,” terangnya.
Untuk sungai yang dilakukan normalisasi tersebut, bermuara ke Mangrove Wonorejo dan Mangrove Kebon Agung Kota Surabaya.
Panjang sungai yang bermuara ke Mangrove Kebon Agung, mulai dari bozem Medokan Sawah hingga ke arah laut.
“Sedangkan dari Wonorejo juga dari Pompa Air Medokan Ayu hingga ke arah laut. Itu yang dilakukan normalisasi karena ada pendangkalan dan penyempitan. Ketika musim hujan, kita berharap outlet nya lancar ke arah laut,” terangnya.
Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para penggiat lingkungan yang senantiasa mendukung program lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Mengenai keluhan yang tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan DSDABM.
“Hasil koordinasi dengan DSDABM, pengerukan saluran Wonorejo tersebut untuk meningkatkan dan optimalisasi fungsi saluran yang bermuara di Bozem Wonorejo,” kata Antiek.
Ia menjelaskan, pengerukan tersebut juga berkaitan dengan penanganan kondisi banjir beberapa waktu lalu di kawasan Medokan atau Surabaya Timur.
"Untuk pengerukan memang diperlukan tempat penampungan hasil pengerukan di jalan inspeksi/ruang di sepanjang tepi sungai (spoil bank),” jelasnya.
Selanjutnya, penempatan secara teknis sudah diarahkan sebisa mungkin pada tempat-tempat yang tidak ada mangrove, agar tidak merusak tanaman mangrove.
“DSDABM akan melakukan pengecekan/monitor pekerjaan pengerukan, guna memastikan agar kegiatan tersebut tidak mengganggu/merusak tanaman mangrove. Dan DKPP bersama-sama dengan OPD dan masyarakat akan melakukan reboisasi, penanaman mangrove pasca kegiatan pengerukan,” pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Lift JPO Jalan Pemuda Surabaya Dibakar Anak di Bawah Umur, Bukan Terbakar
- Beberapa Program Surabaya Hingga Raih Penghargaan Predikat Terbaik 1 dalam Penghargaan SDGs Action Award 2024
- HUT ke-79 TNI di Surabaya, Pangkoarmada II: Transformasi TNI Menuju Kekuatan Pertahanan Modern