Hari Ozon Dunia, BMI Serukan Ciptakan Teknologi Ramah Ozon dan Ramah Iklim

Banteng Muda Indonesia (BMI) menanam mangrove di Kepulauan Seribu/Ist
Banteng Muda Indonesia (BMI) menanam mangrove di Kepulauan Seribu/Ist

Lapisan ozon adalah satu bagian terpenting yang kerusakannya akan berdampak langsung pada perupahan iklim. Untuk itu, diperlukan langkah bersama agar kualitas lapisan ozon tetap terjaga.


Ketua Umum Banteng Muda Indonesia (BMI) Mochamad Herviano mengatakan, pihaknya sebagai sayap PDI Perjuangan menyerukan kepada semua pihak agar semakin peduli terhadap upaya melindungi lapisan ozon, serta mencegah dampak perubahan iklim yang kian nyata.

Herviano menginstruksikan kepada jajaran BMI terutama bidang Kehutanan dan Lingkungan Hidup, agar bergotong-royong menyelenggarakan program yang bersifat menjaga kelestarian bumi, sebagaimana yang dilakukan oleh PDI Perjuangan.

Pesan Herviano itu, disampaikan Ketua Bidang Kehutanan dan Lingkungan Hidup DPP BMI Allana Abdullah dalam kegiatan “Merawat Pertiwi” untuk memperingati Hari Ozon Sedunia yang jatuh pada 16 September, di Pulau Payung, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

"Kami dari BMI mengajak semua pihak untuk proaktif memulihkan lapisan ozon dan mencegah pemanasan global, antara lain dengan mentaati ketentuan Protokol Montreal, meningkatkan efisiensi energi, dan menciptakan teknologi yang ramah ozon dan ramah iklim,” ujar Allana dalam keterangannya dimuat Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (25/9).

Dijelaskan dia, kegiatan “Merawat Pertiwi” diisi dengan bersih-bersih pantai, pelepasan tukik, penanaman dan transplantasi terumbu karang, penanaman mangrove, serta pengibaran bendera di bawah laut.

Adapun Protokol Montreal yang dia maksudkan, adalah sebuah traktat internasional dirancang untuk melindungi lapisan ozon dengan meniadakan produksi sejumlah zat, yang diyakini bertanggung jawab atas berkurangnya lapisan ozon atau bahan perusak ozon (BPO) seperti Hydrofluorocarbon (HFC).

Allana sepakat dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebutkan, perubahan iklim merupakan tantangan nyata bagi semua pihak. Perubahan iklim juga ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global.

Dia pun berharap, Kegiatan "Merawat Pertiwi" dapat menggugah generasi muda untuk mengambil langkah yang sama. Apalagi Indonesia negara maritim yang dikenal memiliki lebih dari 17 ribu pulau.

“Sebagai negara kepulauan, kita sangat concern isu perubahan iklim dengan kenaikan suhu bumi, karena akan berpengaruh langsung sangat luas dan multisektoral pada kita, antara lain bencana alam dan ketahanan pangan,” pungkasnya.