Masa jabatan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres KH Maruf Amin yang hanya tinggal satu tahun lagi membuat wacana reshuffle dianggap tidak relevan kalau bertujuan untuk memperbaiki kinerja pemerintahan.
- Kabar MA Bakal Kabulkan PK KSP Moeldoko, SBY ke Kader Demokrat: Kita Berhak Memperjuangkannya
- Jokowi Bertemu Prabowo di Istana, Skenario Gibran Bisa Menggemparkan
- Perlakuan Megawati ke Jokowi dan Ganjar Berbeda, Padahal Sama-sama Diusung Capres
Baca Juga
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, kepada wartawan, Rabu (15/3).
Menurut dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah tersebut, reshuffle saat ini sudah tidak penting lagi kalau hanya sebatas mendepak menteri yang dianggap membelot dari pemerintah.
"Karena, apa gunanya reshuffle dengan sisa waktu sekitar satu tahun lebih, menteri baru bisa berbuat apa? Apalagi tidak ada jaminan juga menteri baru akan bisa beradaptasi cepat," ujar Pangi dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL.
Sehingga, dia menambahkan, melakukan reshuffle dengan masa tugas setahun lagi tidak akan memperbaiki kinerja para pembantu Jokowi.
"Bukannya menteri jadi lebih baik, justru makin buruk, karena harus memulai dari nol lagi, harus improvisasi lagi. Jelas merusak iklim bekerja di kementerian tersebut, karena merasa lebih tahu lebih paham. Padahal boleh jadi kelinci percobaan," demikian Pangi.
- Kabar MA Bakal Kabulkan PK KSP Moeldoko, SBY ke Kader Demokrat: Kita Berhak Memperjuangkannya
- Jokowi Bertemu Prabowo di Istana, Skenario Gibran Bisa Menggemparkan
- Perlakuan Megawati ke Jokowi dan Ganjar Berbeda, Padahal Sama-sama Diusung Capres