Akademisi Unej Usulkan Dua Rekomendasi Revitalisasi Kebudayaan Era Generasi Z

Dr. Akhmad Taufik/Dok. Pribadi
Dr. Akhmad Taufik/Dok. Pribadi

Revitalisasi Kebudayaan di Era Generasi Z (Gen Z) sangat penting, supaya bisa diwariskan secara baik kepada generasi berikutnya. Apalagi jumlah G Z sangat banyak. Sesuai hasil sensus penduduk tahun 2020, jumlah Gen Z atau penduduk yang lahir antara tahun 1997-2012 jumlahnya mencapai 27,94 persen dari jumlah penduduk Indonesia, sekitar 270 juta jiwa. 


Pada usia emas ke-100 tahun Indonesia, generasi Z diproyeksikan menyumbang tenaga usia produktif cukup besar pada 2045. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional memprediksi, saat puncak demografi 2030-2040, jumlah usia produktif di Indonesia mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk.

Dengan akses mudah dan cepat ke informasi melalui internet dan media sosial gen Z menjadi pelaku aktif di era informasi.

Salah satu tipikal gen Z yakni  cenderung menjadi kritis dan “peragu” terhadap informasi yang diterima. Mereka memahami betapa beragamnya narasi yang beredar di dunia maya dan bertekad untuk tidak mudah terpancing oleh hoaks atau disinformasi. Mereka menolak batasan tradisional dan mencari cara baru untuk mengekspresikan diri serta turut andil pada masyarakat.

Berdasarkan konteks diatas Sastrawan yang juga akademisi Universitas Jember, Dr. Akhmad Taufik, meminta pemerintah memberikan apresiasi dan penguatan kelembagaan kebudayaan berbasis Desa, atas inovasi Kebudayaan, yang telah dilakukan Generasi Z atau Gen Z. Langkah ini untuk menjawab gap antara generasi Z dengan generasi sebelumnya. Demikian sebagai respon terhadap revitalisasi kebudayaan di era Gen Z. 

Demikian sebagai respon Taufik terhadap dialog kebudayaan dengan tema revitalisasi kebudayaan di era Gen Z Yang hadiri Dirjend Kebudayaan Kemendikbud ristek, Hilmar Farid dan H. M. Nur Purnama Sidi (Komisi X DPR RI).

"Ada 2 rekomendasi saya, dalam konteks revitalisasi kebutuhan di era Gen Z," ucap Dr. Akhmad Taufiq, Dosen FKIP Universitas Jember, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (28/8).

Kedua rekomendasi itu, pertama, dalam konteks revitalisasi kebudayaan pada generasi Z, perlu proses apresiasi terhadap daya kreatif anak muda, termasuk kemungkinan mereka melakukan berbagai inovasi melalui produk percampuran budaya. 

Kedua, secara strategis perlu penguatan kelembagaan berbasis desa. Misalnya, revitalisasi kebudayaan dilakukan dengan cara pembentukan kelembagaan kebudayaan di desa dalam wujud lumbung budaya.

"Lumbung budaya di desa inilah manjadi wadah data potensi budaya di desa, termasuk manjadi wadah  berbagai bentuk pengembangan kebudayaan di desa," jelas mantan ketua IKA PMII Kabupaten Jember ini.

Menurutnya pembentukan kelembagaan lumbung budaya Ini bisa informal dan bisa formal,  menjadi bagian piranti kelembagaan atau program resmi desa. 

"Lebih strategis, jika ini resmi. Akan tetapi untuk hal ini tentu membutuhkan pembahasan dan kebijakan resmi pemerintahan," terangnya.

Senada disampaikan ketua Lesbumi PCNU Jember, Siswanto. Dia menjelaskan kebudayaan itu bersifat dinamis, maka sebagai pemerhati atau pemangku regulasi pemajuan kebudayaan hendaknya lebih progresif dan aplikatif menyentuh langsung pada generasi Z. 

"Jika ada e-sport, maka seharusnya ada e-art yang bertujuan bagaimana Gen-z mengartikulasikan kebudayaan nusantara agar lebih senafas dengan eranya. Tentunya tetap mempertimbangkan esensi valuenya sebagai jati diri bangsa Indonesia," jelas Siswanto, yang juga Dosen FKIP Universitas Jember ini.

Dia menjelaskan olahraga sudah bermetamorfosis dari kegiatan fisik menjadi e-sport. Namun untuk e art masih belum. Gen Z dekat dengan e (elektronik ) tersebut. Bahkan sebagian sudah mulai jenuh dengan kegiatan budaya bersifat fisik, seperti karnaval, menonton Seni wayang serta ludruk. 

"Mereka lebih asyik di kamar, berteman dengan HP dan internet. Nah (kebudayaan) harus bertransformasi ke dunia mereka," tegas dia.

"Modelnya kita adopsi dan Isinya budaya nusantara," sambungnya.

Diketahui, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Hilmar Farid, hadir  dalam kegiatan seminar Revitalisasi Kebudayaan di Hotel Dafam Fortuna Jember, Sabtu, 26 Agustus 2023 sore. Kegiatan tersebut terselenggara atas kerja sama Kemendikbud Ristek dengan Komisi X DPR RI.

Menurut Hilmar Farid, saat ini muncul perdebatan bagaimana cara mewariskan kebudayaan kepada generasi Z itu, cenderung normatif, tidak aplikatif. Yakni sibuk memberikan pemahaman budaya, tanpa memahami lanskap kebudayaan Gen Z. Padahal waktu terus berjalan dan dunia terus berkembang pesat.

"Perubahan ini terjadi, karena terjadi perubahan dalam lanskap kebudayaan. Yang menjadi faktor pendorong perubahan itu adalah kemajuan teknologi komunikasi," katanya.