Sebelas Siswi di Lamomgan Dipitak Karena Tak Pakai Jilbab, DPRD Jatim Minta Sistem Pengajaran Dievaluasi

foto/RMOLJatim
foto/RMOLJatim

Anggota DPRD Jawa Timur Ahmad Iwan Zunaih menyesalkan adanya tindakan guru yang mencukur rambut belasan siswinya di kecamatan Sukodadi, kabupaten Lamongan.


Menurut dia, tindakan itu diluar batas dan harus dievaluasi, agar tidak terulang di kemudian hari.

“Sebenarnya kalau terkait masalah itu merupakan evaluasi kita secara bersama-sama,” katanya pada Minggu (3/9/2023).

Anggota DPRD Jatim dari Dapi Gresik-Lamongan itu berharap agar pendidik tidak hanya berorientasi mengajar saja, tetapi harus melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap para murid.

Agar mereka bisa memahami, dan juga menanamkan budi pekerti yang baik, supaya mental siswa-siswi bisa semakin baik.

“Ayo pendidikan Jawa Timur kita orientasikan bukan hanya pengajaran, tetapi pembinaan sekaligus bimbingan,” jelasnya.

Politisi Nasdem itu meminta agar para pengajar bersikap arif dan bijak ketika menghadapi siswa dan siswi yang melakukan pelanggaran. Artinya, mereka harus disadarkan dan dibina, sehingga tidak harus selalu diterapkan hukuman, bagi siswa yang melanggar.

Apalagi, penggunaan cara kekerasan dalam proses belajar mengajar harus dijauhi.

“Kondisi saat ini yang bandel dari  anak-anak semakin banyak, kalau memang bisa dididik dan tidak bandel jangan pakai cara kekerasan. Mari dibina dan disadarkan mereka,” pungkasnya.

Seperti diketahui, belasan siswi kelas IX SMPN 1 Sukodadi di Lamongan, Jawa Timur, di-petal atau dicukur pitak oleh guru perempuan berinisial EN. Para siswi itu di-petal karena memakai hijab tanpa ciput sehingga rambut mereka menyembul keluar.

Salah seorang siswi yang menjadi salah satu korban cukur pitak itu ialah SA. Ada 11 siswi, termasuk dirinya, yang rambutnya di-petal oleh EN.