Guru Besar ITS Kembangkan Material Penyimpan Hidrogen untuk Sistem EBT

Prof Suwarno ST MSc PhD (kanan) menerima sertifikat pengukuhan sebagai Profesor ke-174 ITS dari Ketua Dewan Profesor ITS Prof Dr Imam Robandi MT/Ist
Prof Suwarno ST MSc PhD (kanan) menerima sertifikat pengukuhan sebagai Profesor ke-174 ITS dari Ketua Dewan Profesor ITS Prof Dr Imam Robandi MT/Ist

Guru Besar ke-174 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Suwarno ST MSc PhD mengembangkan material penyimpan energi baru dan terbarukan (EBT) hidrogen dan baterai.


Ide ini muncul berdasarkan isu penggunaan EBT belakangan selalu digaungkan. Namun, masalah akan penyimpanan EBT tersebut masih menjadi aspek krusial yang belum banyak didalami.

Dalam orasi ilmiahnya berjudul Sains dan Rekayasa Material Penyimpan Hidrogen untuk Sistem Energi Tanpa Polusi, Suwarno menjelaskan bahwa untuk mencapai konsep EBT diperlukan suatu sistem energi yang tidak melibatkan pelepasan karbon pada prosesnya.

Dalam hal ini, ia menambahkan, potensi hidrogen sebagai vektor energi (energy carrier) sangat dibutuhkan.

Lebih lanjut, profesor dari Departemen Teknik Mesin ITS tersebut mengungkapkan, konsep hidrogen sebagai vektor energi yang dimaksud adalah hidrogen harus diproduksi dengan mengonversikannya dari sumber energi yang lain.

“Dalam konsep ini, hidrogen akan dielektrolisis dari air dengan menggunakan tenaga matahari untuk kemudian disimpan sebagai sumber energi,” jelasnya dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (21/11).

Suwarno menerangkan bahwa sebagai sumber EBT, hidrogen yang telah disimpan dapat dikonversi kembali menjadi listrik dengan menggunakan fuel cell.

Tak hanya itu, hidrogen juga dapat dimanfaatkan pada kendaraan secara langsung dengan pembakaran menggunakan sistem internal combustion engine (ICE).

Namun, di samping potensi yang unggul dari bahan ini, Suwarno juga menyayangkan akan densitas (kerapatan benda cair) volumetrik hidrogen yang sangat rendah dibandingkan dengan bahan bakar lain.

Karenanya, profesor bidang ilmu material penyimpan energi tersebut menginisiasikan metode penyimpanan hidrogen dalam volume yang lebih padat.

Dalam hal ini, hidrogen dapat bereaksi dengan banyak logam untuk membentuk hidrida logam yang mempunyai kepadatan hingga 150 kilogram H/m3. Hidrida logam dapat didefinisikan sebagai senyawa yang terbentuk dari unsur logam yang berikatan dengan hidrogen.

Melanjutkan paparannya, profesor berusia 43 tahun ini menegaskan bahwa aplikasi hidrida sebagai penyimpan hidrogen tersebut dapat memanfaatkan fenomena reaksi formasi dan disosiasi yang dapat bolak-balik (reversible) dari hidrogen.

“Hal tersebut yang menjadi dasar bahwa hidrogen dapat diterapkan sebagai sumber EBT dan konsep green energy ke depannya,” jelas profesor termuda dari Departemen Teknik Mesin ITS tersebut.

Mengakhiri orasinya ketika dikukuhkan menjadi profesor, Suwarno kembali menyampaikan bahwa pengaplikasian sistem ini sudah diterapkan di Indonesia. Di antaranya adalah penggunaan kendaraan berbasis hidrogen serta aplikasi pemahaman hidrogen terhadap integritas material pipeline di industri.

“Terakhir, saya berharap agar bisa mengimplementasikan inovasi ini agar menjadi produk renewable energy untuk Indonesia Net Zero Emission pada 2060 nanti,” tandasnya optimistis.