Kunjungi Kadin Jatim, Pengusaha Libya dan Tunisia Bidik Impor Produk dari Indonesia 

Kadin Jatim bersama pengusaha asal Libya
Kadin Jatim bersama pengusaha asal Libya

Sejumlah pengusaha dari Libya dan Tunisia yang dipimpin oleh Kuasa Usaha Ad Interim/Minister KBRI Tripoli Dede Achmad Rifai berkunjung ke Graha Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur dan melakukan one on one business meeting dengan puluhan pengusaha dari Jawa Timur.


Hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum. Kadin Jatim Adik Dwi Putranto dildampingi Wakil Ketua Umum (WKU) Kadin Jatim Bidang Promosi dan  Perdagangan Internasional Prof. Tommy Kaihatu, WKU Kadin Jatim Bidang  Konstruksi M. Rizal, serta sejumlah pengurus Kadin Jatim dan perwakilan Kadin Kabupaten Kota di Jatim. 

Dede Achmad Rifai mengatakan, kunjungan ini ditujukan untuk mempertemukan antara pengusaha Libya dan Tunisia dengan pengusaha Jatim agar bisa melakukan kerjasama perdagangan antar kedua belah pihak. Karena ada banyak produk yang dibutuhkan Libya, mulai dari makanan dan minuman, furniture, alat rumah tangga dan lain sebagainya.

"Selain dengan pengusaha Libya yang hadir di ruangan Kadin ini, juga ada pengusaha Libya yang ikut melalui zoom meeting secara virtual," kata Dede Achmad Rifai, Surabaya, Jumat (23/2/2024).

Ia menegaskan, Libya adalah salah satu negara yang cukup potensial untuk dijadikan negara tujuan ekspor alternatif. Ekspor ke Libya dinilai lebih muda dan tidak terlalu ketat seperti di Dubai. Produk Indonesia juga sudah terdata  sebagai produk halal. 

"Apalagi tarif bea masuk di sana sangat kecil, paling besar 6% sehingga sangat menguntungkan buat ekspor kita, harga barang menjadi lebih murah. Apalagi Libya menjadi hub untuk distribusi barang ke negara Timur Tengah dan Afrika," kata Dede. 

Menurut keterangannya, selama ini barang yang diimpor tidak hanya dikonsumsi di Libya tetapi juga dikirim ke negara tetangga Libya seperti Tunisia, Sudan dan Mesir. "Karena bea masuk kecil, maka pengusaha Mesir biasanya bekerjasama dengan pengusaha Libya untuk memasukkan barangnya melalui Libya kemudian dikirim menggunakan truk ke Mesir. Saat ini Libya telah menjadi hub dan pelan-pelan perdagangan akan meningkat dengan bertambahnya keamanan dan stabilitas di Libya. Sehingga ini menjadi peluang besar bagi penguasa Indonesia utamanya yang ada di Jatim," katanya.

Pada tahun 2023, nilai perdagangan bilateral antara  Indonesia dengan Libya mencapai Rp 3 triliun, dengan perincian ekspor Indonesia ke Libya mencapai US$ 174 juta atau sekitar Rp 2,25 triliun dan impor Indonesia dari Tunisia mencapai Rp 750 miliar. Di tahun ini, ekspor Indonesia ke Libya ditarget naik menjadi Rp 3 triliun. 

Adapun komoditas ekspor yang dibutuhkan di Libya diantaranya adalah makanan dan minuman kaleng seperti tuna kaleng, kopi olahan, suku cadang mobil, kertas, alat kantor dan alat rumah tangga, furniture dan barang elektronik.

"Memang saat ini ada kendala di Laut Merah, sehingga pengiriman menjadi sangat mahal dan penerimaan barang dari Indonesia ke Libya menjadi mahal. Sebelum kasus Laut Merah, biaya pengiriman hanya mencapai US$ 2.500 per 20 feet, sekarang sudah mencapai US$ 6.000 per 20 feet sehingga ini  menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Tetapi kami berharap, Ini cepat selesai sehingga target ekspor ke Libya bisa tercapai," tegas Dede. 

Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto mengatakan sangat senang dan mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada pengusaha Jatim untuk melakukan one on one business meeting dengan pengusaha Libya dan Tunisia.

"Saat ini permintaan dari pasar tradisional sudah turun, seperti pasar Amerika dan Eropa, sehingga kami mendorong pelaku usaha di Jatim untuk masuk ke pasar non tradisional seperti Afrika Utara atau Libya," kata Adik. 

Ada sekitar 40 pengusaha yang ikut dalam kegiatan "one one business meeting". Pengusaha yang hadir ini adalah yang dibutuhkan oleh pengusaha Tunisia. Mereka bergerak di bidang furniture, tekstil, kopi, Mamin, interior, alat rumah tangga dan juga sepeda motor, ikan kaleng. "Karena sebelumnya kami telah melakukan zoom. Jadi langsung bertemu dan melakukan transaksi," terangnya.

Wa'il Abdulaziz Shbash dari Alfosol Alarbaa Co. Libya mengatakan selama ini ia telah mengimpor bahan makanan dan cairan pembersih dari Indonesia sejak 20 tahun. Dan di Libya, produk Indonesia ini telah dikenal memilki kualitas bagus.

"Kualitasnya bagus dan bisa langsung cocok dipakai masyarakat. Insyaallah dengan  kunjungan seperti ini kami ingin kerjasama menjadi lebih baik dan bisa mengimpor produk Indonesia lebih banyak lagi," kata  Wa'il Abdulaziz Shbash.

Keinginan yang sama juga diungkapkan oleh Imed Fakhfakh dari Galaxy Cirle Libya bahwa pihaknya telah mengimpor sparepart sepeda motor dari China sejak 20 tahun yang lalu tetapi setelah dikenalkan Dede Achmad Rifai pada produk dari Indonesia, ia mengaku ingin beralih. "Kami ingin beralih impor barang dari Indonesia," tegasnya.

Sementara itu, General Manager PT rangka Raya Milka Roh Utami mengatakan sangat senang telah diberi kesempatan untuk ikut mengikuti kegiatan ini karena bisa menawarkan produk yang kami punya. Ada berbagai produk yang display, diantaranya berbagai produk dari logam, cat dan lainnya. 

"Selama ini kami telah melakukan ekspor ke berbagai negara seperti Singapura, Malaysia dan Filipina. Harapannya, dengan pertemuan ini kami bisa memperluas ekspor hingga ke Libya," pungkasnya.