Kurangi Plastik, Warung di Banyuwangi Mulai Jual Sembako dari Kemasan Daur Ulang

Plt DLH Banyuwangi, Dwi Handayani memantau sembako kemasan daur ulang/Humas Pemkab Bwi
Plt DLH Banyuwangi, Dwi Handayani memantau sembako kemasan daur ulang/Humas Pemkab Bwi

Mengurangi penggunaan plastik, Pemkab Banyuwangi bersama Pusat Pencegahan Polusi Plastik (Living Lab) melakukan uji coba penjualan sembako dari kemasan hasil daur ulang (reusable) di warung rakyat. 


Program ini kerjasama pemkab dengan Pusat Pencegahan Polusi Plastik (Living Lab) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), bersama para peneliti yang tergabung dalam program Plastics in Indonesian Society (Pisces) yang diawaki oleh Profesor Susan Jobling dari Brunel University London. 

Uji coba penggunaan kemasan daur ulang untuk produk-produk sembako di warung-warung disebut program "Pisces Relay". Untuk awal, terdapat 6 warung kelontong di Kecamatan Banyuwangi dan Rogojampi yang dilibatkan dalam program ini. 

"Program ini sebagai upaya mengurangi dan penanganan plastik sekali pakai (single-use plastic). Sejumlah warung dipasok sembako yang telah kita kemas dalam wadah yang bisa  didaur ulang. Diharapkan program ini diharapkan akan mengurangi sampah plastik," kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Senin (11/3).

Bupati Ipuk mengaku terus mendorong penanganan sampah dari hulu ke hilir, mulai dari pengurangan sampah, khususnya sampah plastik, hingga kebijakan mendaur ulang sampah. 

Banyuwangi kini memiliki 19 tempat pengolahan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) berbasis desa. Selain TPS 3R Muncar yang menjadi pengolahan sampah 3R terbaik nasional, juga ada TPS Balak di Kecamatan Songgon yang berkapasitas 84 ton sampah per/hari. 

Dalam program ini, Pisces bekerjasama dengan perusahaan penyedia layanan reusable packaging (Enviu). Pisces menitipkan sembako, seperti beras, kecap, minyak goreng, dan aneka bumbu siap saji dalam kemasan reusable yang ramah lingkungan di warung-warung. Misal beras ditaruh di wadah plastik, kecap taruh botol khusus, begitupun bumbu siap saji kemasannya bisa ditukar ulang kalau akan membeli kembali. 

“Proyek ini diharapkan bisa menciptakan solusi baru pengurangan plastik sekali pakai melalui perubahan pada hulu hingga hilir. Mulai produsen, pengecer, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya,” kata Professor Jobling. 

Para pembeli bisa kembali menukarkan kembali kemasan sembako yang telah dipakai untuk membeli produk yang sama di toko tersebut. 

“Kolaborasi ini melibatkan banyak pihak mulai dari pemerintah, akademisi, industri, komunitas, dan masyarakat. Tujuan kami bukan hanya untuk mengurangi limbah plastik tetapi untuk meletakkan dasar bagi ekonomi sirkular," ungkap Jobling. (Adv)