BRIN: Gempa Bawean Terjadi di Lokasi yang Belum Terpetakan 

Gempa bumi magnitudo 5.6 yang kembali terjadi pada Rabu (3/4) pukul 16.02 WIB di dekat Pulau Bawean, Jawa Timur. Pusat gempa ada di kedalaman 10 kilometer/BMKG
Gempa bumi magnitudo 5.6 yang kembali terjadi pada Rabu (3/4) pukul 16.02 WIB di dekat Pulau Bawean, Jawa Timur. Pusat gempa ada di kedalaman 10 kilometer/BMKG

Gempa di Pulau Bawean, Jawa Timur, yang dampak guncangannya terasa hingga Surabaya, terjadi pada lokasi yang belum terpetakan dengan baik.


lHal ini disampaikan Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ocky Karna Radjasa dalam webinar Talk to Scientists sebagaimana dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (4/4).

“Gempa di Bawean beberapa minggu lalu, yang dampak guncangannya terasa hingga Surabaya, justru terjadi pada lokasi yang belum terpetakan dengan baik,” ujar Ocky.

Menurut Ocky, ancaman gempa bumi di Pulau Jawa tidak hanya berasal dari jalur subduksi. Sehingga perlunya mengembangkan riset yang menunjukkan adanya ancaman bencana sesar darat.

Sementara Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Sonny Aribowo mengatakan, sesar-sesar di Pulau Jawa terlihat melewati kota-kota besar dengan infrastruktur yang sudah terbangun dan padat penduduk. Adapun sesar-sesar lain yang sudah terpetakan perlu dilakukan penelitian lebih detail.

“Gempa di Bawean terjadi berdasarkan data tektonik adanya patahan tua namanya muria fault yang mungkin reaktivasi lagi. Karena kita masih punya tektonik fault dari subduksi di Selatan,” terangnya.

Berdasarkan data tektonik tahun 2017, di Pulau Jawa terdapat 295 patahan aktif. Patahan aktif ini artinya terdapat kejadian gempa minimal satu kali dalam 10 ribu tahun.