Untuk pemulihan kembali ekonomi nasional terdampak pandemik virus corona baru (Covid-19), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto terus mengharmonisasi kebijakan fiskal dan moneter dengan menciptakan permintaan dan mendukung kelanjutan bisnis.
- Dukung Kemajuan Industri Manufaktur Dalam Negeri, Tantangan Pertamina Lubricants untuk Sediakan Produk Berkualitas
- Menko Airlangga Dorong Ekonomi Syariah 2022 Dengan Perkuat Ekosistem Halal Value Chain
- Bentuk Trust Management ke Kinerja Perusahaan, Sejumlah Direksi Bank Jatim Borong Saham BJTM
Hal ini disampaikan Menko Airlangga dalam acara Webinar Launch of Eurocham Position Papers 2020 sebagaimana diberitakan Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (14/7).
“Pandemik ini menimbulkan momentum untuk reformasi struktural dan ekonomi, peningkatan keahlian, mengubah metode bisnis dari offline ke online, serta menguatkan digitalisasi untuk aktivitas ekonomi dan sosial,” tutur
Pemerintah, ujar Menko Airlangga, meyakini bahwa digitalisasi dari berbagai proses bisnis yang digabungkan dengan industrialisasi pada beberapa sektor merupakan prasyarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, inklusif, seimbang, dan berkelanjutan.
Dalam laporan Bank Dunia bertajuk Global Economic Report Juni 2020, diketahui bahwa penyebaran Covid-19 yang berkelanjutan dan tak dapat dicegah telah menimbulkan pengaruh ekonomi pada semua level, global, regional dan nasional.
“Dalam beberapa bulan terakhir, kami terpaksa menghentikan semua aktivitas ekonomi yang mau tidak mau menyebabkan defisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ungkapnya.
Pertumbuhan ekonomi global diprediksi terkoreksi cukup signifikan sampai menyentuh angka minus 5,2 persen.
Pada level regional, pertumbuhan ekonomi di Asia-Pasifik pun diproyeksikan mengalami penurunan tajam mencapai 0,5 persen.
Ketika rantai pasok membaik di masa depan, meskipun bertahap, maka pertumbuhan global diharapkan naik menjadi 6,6 persen.
Untuk Indonesia sendiri, dikarenakan negara ini juga termasuk pemain dalam ekonomi global, maka juga terpengaruh dengan situasi menantang saat ini. Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan menurun cukup signifikan dari 5 persen di 2019 menjadi 0 persen pada akhir tahun ini.
“Tetapi, dengan kebijakan yang tepat, kami diproyeksikan akan tumbuh 4,8 persen tahun depan dan 6 persen di tahun selanjutnya,” katanya.
Mulai awal Juni 2020, Indonesia secara bertahap memasuki masa adaptasi kebiasaan baru di masa pandemik Covid-19 ini.
Keputusan ini diambil pemerintah setelah mempertimbangkan matang-matang karena tidak mau mengorbankan mata pencaharian rakyatnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Cara Wali Kota Eri Hadang Inflasi: Jalin Kerjasama dengan Daerah Lain hingga Subsidi Ongkos Transportasi
- Bank Jatim Sabet Penghargaan Obsession Awards 2023 Kategori Best Companies
- Pemerintah-DPR Didorong Buat UU Rumah Rakyat Untuk Atasi Backlog Perumahan