Gelaran Pemilu serentak 2019 adalah salah satu anomali besar antara keinginan tentang kemanusiaan dan kematian.
- Hina Islam, Joseph Paul Zhang Disebut Ujung-ujungnya Hanya Akan Minta Maaf
- Partai Demokrat Raih ‘Hattrick’ Predikat Partai Politik ‘Informatif’ dari KIP-RI
- Balihonya Di Jember Dirusak, Gus Fawait: Saya Maafkan
Pigai menyebut Pemilu serentak 2019 menjadi pesta demokrasi paling mahal dengan hilangnya 500an nyawa yang bertugas dalam gelaran tersebut.
"Bagi kami sebetulnya bukan soal jumlah, tetapi soal kemanusiaan terutama hak hidup," ungkap Pigai.
Dikatakan Pigai, pemilu seharusnya menjadi wadah pelaksanaan nilai universal untuk muncul yakni, nilai-nilai HAM, demokrasi, perdamaian dan keadilan.
Tetapi, lanjutnya, yang terjadi dalam pemilu serentak 2019 tidak ubahnya sebuah etalase kematian dari kegagalan terwujudnya nilai universal dalam sebuah hajatan rakyat.
"Pemilu 2019 sudah tidak lagi sekedar demokrasi yang menjunjung nilai kemanusiaan, tetapi sudah menjadi etalase kematian," tukasnya. [bdp]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Minim Laporan, Dewan Kota Mojokerto Bentuk Pansus Covid-19
- PSI akan Jadi Musuh Rakyat Gara-gara Ade Armando
- KPU Belum Cetak APK, Tim Eri-Armudji Keberatan Sikap Bawaslu yang Justru Cabuti Alat Peraga