Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang terjadi Sabtu (13/7) kemarin, jadi awal babak baru percaturan politik nasional. Pertemuan tersebut juga seharusnya mengakhiri dualisme Cebong-Kampret yang jadi istilah dalam perseteruan para pendukung kedua kubu.
- Risma-Gus Hans Tak Terpengaruh Penetapan Nomer Paslon, Hanura: Yang Penting Sosialisasi ke Masyarakat
- Banyak Kader PDIP Terjerat Kasus Korupsi di KPK
- PKS Dukung RUU Perampasan Aset Sebagai Upaya Sistematis Pemberantasan Korupsi
Anggota DPR RI Fraksi PPP, Arsul Sani menyebut pertemuan itu setidaknya bisa mengakhiri dualisme masyarakat pasca-Pilpres 2019. Sebuah akhir yang harus disambut dengan suka cita.
Dalam dua Pilpres terakhir, pengkubuan Cebong untuk pendukung Jokowi dan Kampret untuk pendukung Prabowo. Kata Arsul, dua istilah itu otomatis mati seketika saat dua tokoh itu bertemu.
"Biasanya kematian disambut dengan duka cita, namun kematian cebong dan kampret perlu disambut dengan suka cita," ujarnya, Minggu (14/7).
Pertemuan Jokowi dan Prabowo terjadi di Stasiun MRT Lebak Bulus. Dari sana mereka menumpang MRT yang mulai beroperasi pada 1 April itu sampai Stasiun Senayan.
Turun di Stasiun Senayan, Prabowo dan Jokowi kemudian melanjutkannya dengan berjalan kaki. Tujuan mereka adalah FX Sudirman untuk menikmati makan siang bersama di restoran Sate Khas Senayan.[bdp]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Bukan Ridwan Kamil, Masyarakat Jabar dan Luar Jawa Lebih Condong Dukung Prabowo dan Anies
- Sri Mulyani Sebut BLT BBM untuk Lindungi Masyarakat dari Gejolak Harga Global
- Jangan Ganti Sertifikat Fisik Ke Elektronik Sebab Kasus Tanah Masih Marak