Testimoni Terakhir dr Bagoes Seolah-olah Tahu Akan Meninggal

Sebelum meninggal, dr Bagoes Suryo Soelyodikusumo, terpidana kasus korupsi dana Program Penanganan Sosial Ekonomi Masyarakat (P2SEM) 2008, sempat menulis testimoni yang ditujukan pada Kuasa hukumnya, Ardi Dwijaya Kusuma, SH.


Beberapa testimoni dr Bagoes yang membuat miris adalah keluhan soal nasib istri dan anak-anaknya.

"Saya sangat berharap agar segera ada orang yang sangat baik, yang bisa menggantikan saya sebagai Kepala Keluarga” dan Papa” bagi anak-anak saya yang masih kecil-kecil, yang masih mempunyai jalan sangat panjang di kehidupannya,” kata Ardi membacakan isi testimoni.

Yang mengejutkan, dalam testimoni tersebut, dr Bagoes seolah-olah tahu bahwa ajal akan segera menjemput. Terbukti, testimoni dr Bagoes benar-benar menjadi kenyataan.

"Apa yang dia katakan dan yang dia rasakan, terbukti,” imbuh Ardi.

Berikut testimoni dr Bagoes sebelum meninggal yang ditulis pada 6 Desember 2018:

Dengan Hormat,

Pertama-tama saya mohon maaf, kalau saya harus mengetik surat ini, karena kondisi kesehatan saya tidak memungkinkan untuk menulis dengan tulisan yang bagus.

Tuhan memberkati keluarga kita, tetapi di saat posisi saya jaya (2009), masalah timbul, pada saat saya diangkat menjadi staf ahli DPRD Jatim, Pimpro Pusat Jantung Terpadu RSU Dr Soetomo, dll. saya dikorbankan untuk menyelamatkan para anggota dewan dan eksekutif pada waktu itu.

Setelah itu, pada tahun 2010, karena beratnya tekanan dan ancaman terhadap saya dan keluarga saya, saya disarankan dan akhirnya memutuskan untuk pindah bekerja di luar negeri bersama keluarga saya, karena bagi saya yang utama pada saat itu adalah keselamatan keluarga saya.

Saya amat bersyukur kepada Tuhan, pada saat itu, hingga akhir tahun 2017, dengan gelar dan ilmu yang saya dapat, saya dapat berkarir sebagai senior lecturer dan cardiologist di beberapa Perguruan Tinggi (Faculty of Medicine, AIMST University Malaysia) dan di beberapa hospitals (Hospital Sultanah Bahiyah Alor Setar Kedah Malaysia; Hostipatl Sultan Ismail Johor Bahru, Hospital Sultanah Aminah Johor Bahru, Hospital Nora Ismail Batu Pahat Johor, dan Hospital Kluang Johor).

Selama berkarir di luar negeri, berbagai masalah dan badai kehidupan kita alami, tetapi masalah yang paling berat menurut saya pada waktu itu adalah pada tahun 2013 (di Malaysia), anak sulung saya Prakoso, yang pada saat itu berusia 9 tahun, terserang Guillain Barre Syndrome (GBS), tetapi Tuhan sangat menolong kita pada waktu itu, sehingga meskipun kita hanya mempunyai keuangan yang terbatas dan tanpa sokongan dari siapapun, Prakoso bisa selamat.

Meskipun sampai sekarang dia masih belum pulih betul, dia masih mengalami kelemahan di kedua tangan dan kakinya, juga refleknya agak lamban, itu yang masih sangat mengkhawatirkan saya sampai sekarang.

Sejak saya dibawa pulang ke Indonesia (Desember 2017) hingga sekarang (karena masalah yang lebih bersifat politis), keadaan mereka sangat memprihatinkan, karena saya tidak mempunyai penghasilan apapun sejak itu, dan kita juga sudah tidak mempunyai simpanan apapun. Fany dan Prakoso sakit, untuk biasa hidup, pengobatan, dan biaya sekolah, mereka harus mengemis kiri dan kanan. Sekarang untuk sementara waktu mereka masih bisa ditampung dan tinggal di rumah om dan tante Fany di Balikpapan. Tapi kami tidak tahu sampai kapan mereka bisa menampung istri dan anak-anak saya.

Pak Ardi, saya memohon dengan sangat, bila terjadi sesuatu dengan saya, Pak Ardi bisa membuka surat dalam amplop putih yang saya sertakan dengan surat ini. Di dalam surat itu ada beberapa permintaan saya yang Pak Ardi dan teman-teman bisa bantu.

Pak Ardi, surat ini adalah surat permohonan terakhir saya, dengan sangat dan dengan segala kerendahan hati saya mohon agar bisa menitipkan istri dan anak-anak saya. Saya sangat berharap agar segera ada orang yang sangat baik, yang bisa menggantikan saya sebagai Kepala Keluarga” dan Papa” bagi anak-anak saya yang masih kecil-kecil, yang masih mempunyai jalan sangat panjang di kehidupannya. Semoga ada yang bisa membantu istri saya Fany untuk menolong, membesarkan dan menyekolahkan Prakoso dan Bianca sehingga mereka dapat meraih kesuksesan sesuai dengan cita-cita mereka.

Kami juga memohon agar Fany, Prakoso, dan Bianca jangan dipisahkan satu dengan yang lain.

Begitu saya meninggal, 3 (tiga) permintaan saya kepada Pak Ardi adalah:

Permintaan Pertama: Mohon semua media (elektronik, surat kabar, televisi, dll) dihubungi agar mereka tahu bahwa saya sudah berusaha untuk melakukan yang benar, sehingga mereka bisa memberitakan pemakaman/kremasi saya.

Permintaan Kedua: Mohon agar semua ini (teman-teman) dapat dihubungi (karena memang selama ini saya melarang mereka untuk menjenguk saya (dilampirkan nama dan kontak person teman dr Bagoes). Mohon menelepon mereka, selain sehubungan dengan kremasi/pemakaman saya, juga bertujuan agar mereka bisa membantu solusi untuk istri dan anak-anak saya agar anak-anak saya tetap bisa sekolah sampai lulus kuliah.

Permintaan Ketiga:  Saya berharap bisa disemayamkan di Adi Yasa selama beberapa hari, sehingga semua family dan teman-teman dari dalam dan luar negeri bisa datang. Semakin banyak yang datang semakin baik untuk istri dan anak-anak saya...lalu dikremasi atau bila harus dimakamkan...dimakamkan bersama dengan oma saya (Margaretha Albertine v.d borne Rotinsulu) di Kembang Kuning.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas segala kebaikan dan pertolongan Pak Ardi beserta keluarga dan kawan-kawan.[aji]

ikuti terus update berita rmoljatim di google news