Unair Dorong Pemanfaatan Beras Fortifikasi Sebagai Senjata Baru Lawan Stunting

Direktur Utama PT Jatim Grha Utama (JGU), Mirza Muttaqien/Ist
Direktur Utama PT Jatim Grha Utama (JGU), Mirza Muttaqien/Ist

Stunting masih menjadi tantangan besar dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Untuk itu, Universitas Airlangga (Unair) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Pemanfaatan Beras Fortifikasi Sebagai Salah Satu Strategi Intervensi Spesifik dalam Penanganan Stunting", pada Kamis 22 Mei 2025 di Airlangga Convention Center, Surabaya.


Dalam forum tersebut, pakar gizi Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si., menegaskan bahwa stunting merupakan masalah kompleks yang tidak bisa diselesaikan dengan satu pendekatan saja. Ia menyebut, sebelas intervensi spesifik yang telah dirancang pemerintah harus dijalankan secara bersamaan dan saling mendukung.

“Ibarat roda, semua elemen harus bergerak bersama. Intervensi spesifik saja tidak cukup jika tidak diiringi intervensi sensitif seperti pemberdayaan perempuan, ketahanan pangan, dan peningkatan edukasi keluarga,” ujar Prof. Sumarmi sebagaimana dikutip Sabtu 24 Mei 2025.

Ia menjelaskan bahwa penyebab stunting bersifat berlapis—dari faktor langsung seperti kekurangan asupan dan infeksi, hingga faktor tidak langsung seperti ekonomi keluarga yang lemah dan rendahnya pengetahuan orang tua. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan yang komprehensif dan konvergen.

Salah satu solusi yang diangkat dalam FGD ini adalah pemanfaatan beras fortifikasi, yakni beras yang diperkaya dengan berbagai mikronutrien penting seperti zat besi, asam folat, dan vitamin B kompleks. Produk ini dianggap mampu menjadi intervensi gizi spesifik yang efektif, terutama bagi kelompok rentan seperti ibu hamil dan balita.

“Beras fortifikasi telah lama dikembangkan, dan didukung bukti ilmiah. Tapi tantangan kita adalah bagaimana menjadikan produk ini terjangkau, legal, dan berkelanjutan di masyarakat,” imbuh Prof. Sumarmi.

Direktur Utama PT Jatim Grha Utama (JGU), Mirza Muttaqien, mengungkapkan bahwa pihaknya sebagai BUMD milik Pemprov Jawa Timur telah menyiapkan lini produksi beras fortifikasi sebagai bagian dari transformasi sistem pangan nasional.

“Kami telah mengantongi izin edar beras fortifikasi. Bila ada daerah yang membutuhkan, kami siap menyuplai berapapun jumlahnya,” ujar Mirza.

Ia menekankan pentingnya standarisasi nasional dalam produksi beras fortifikasi agar bisa digunakan secara luas dan berkelanjutan. Mengingat konsumsi beras yang tinggi di Indonesia, fortifikasi beras dinilai sebagai langkah paling masuk akal untuk mengatasi masalah gizi kronis.

“Fortifikasi beras adalah solusi paling strategis untuk saat ini. Namun, keberhasilannya butuh regulasi yang jelas dan dukungan lintas sektor,” tegasnya.

FGD ini dibuka secara resmi oleh Ketua LPPM Unair, Prof. Dr. Gadis Meinar Sari dr., M.Kes., yang dalam sambutannya menekankan pentingnya riset yang aplikatif dalam mendukung kebijakan publik. Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur, Lutfil Hakim juga hadir dan menegaskan komitmen media untuk terus mendorong kolaborasi lintas sektor dalam isu stunting.

Diskusi terbagi dalam tiga sesi utama, menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi, lembaga internasional seperti UNICEF dan World Food Programme, serta pelaku industri pangan. Pada sesi akhir, peserta menyampaikan rekomendasi strategis untuk memperkuat ekosistem distribusi dan regulasi beras fortifikasi.

FGD ini diharapkan menjadi langkah konkret dalam mendorong kebijakan berbasis bukti dan membangun sinergi multipihak untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news