RMOLBanten. Kerajaan Inggris punya sikap mengagumkan dan bertolak belakang dengan sekutunya Amerika Serikat mengenai Yerusalem. Inggris dengan tegas mengakui kota suci tiga agama tersebut sebagai milik Palestina. Sikap mengenai Jerusalem ini dikemukakan Duta Besar Inggris untuk Israel David Quarrey. Ia menyebutnya saat tengah menyampaikan rencana kunjungan Pangeran William ke Israel dan Tepi Barat.
- Hendak Dahului Motor, Mobil Rombongan Pelajar Terguling
- Surat Terbuka 500 Wartawan: Media AS Harus Akhiri Malpraktik Jurnalistik Terhadap Palestina
- Seorang Ayah Tempeleng dan Banting Bayi Usia 6 Hari Karena Mencurigai Bukan Anaknya
Selama di Israel, Pangeran William akan mengunjungi Yad Vashem Holocaust Memorial Museum serta bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Presiden Reuven Rivlin. Kemudian, di Tepi Barat, ia akan bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
Dalam jadwal resmi yang diterbitkan pekan lalu, menunjukkan Inggris masih menganggap Kota Tua Yerusalem sebagai wilayah Palestina yang diduduki Israel.
"Pada 27 Juni, kunjungan akan diteruskan ke wilayah pendudukan Palestina dan pada 28 Juni Pangeran William akan menerima penjelasan singkat tentang sejarah dan geografi dari Kota Tua Jerusalem dari di Bukit Zaitun," begitu tulis dalam jadwal resmi.
Pangeran William sendiri tidak akan membahas Deklarasi Balfour dalam kunjungan itu. Untuk diketahui, melalui deklarasi ini, tepat seabad lalu pemerintah Inggris menyatakan dukungan terhadap pembentukan negara Israel di wilayah Palestina.
Quarrey menegaskan, kunjungan pria yang berada di urutan kedua garis tahta Kerajaan Inggris itu tidak berkaitan dengan politik sebagaimana perjalanannya ke negara lain. Justru, Pangeran William sangat menantikan kunjungannya ke Israel.
"Duke bukan sosok politik. Dia akan berada di sini untuk melihat wilayah ini dan bertemu dengan beberapa orang di sini. Juga untuk melihat apa yang terjadi di sini, beberapa keberhasilan luar biasa dalam teknologi, beberapa budaya hebat di sini," katanya.
"Ini adalah kunjungan resmi pertama yang dilakukan anggota senior keluarga kerajaan. Saya pikir kunjungan ini akan sukses besar. Saya berharap kunjungan ini akan menjadi perayaan kemitraan antara Inggris dan Israel," tambah Quarrey.
Jika William mengunjungi Tembok Barat, maka kunjungannya itu mungkin akan bersifat pribadi, seperti yang dilakukan pejabat-pejabat asing lainnya. Kunjungan pribadi tidak mengharuskan William untuk ditemani perwakilan resmi dari negara tuan rumah, sehingga memungkinkan dia untuk menghindari masalah kedaulatan.
Tahun lalu, Presiden AS Donald Trump juga berkunjung ke Tembok Barat dan Gereja Makam Suci. Kunjungan itu terdaftar sebagai kunjungan pribadi. Kunjungan serupa juga dilakukan Kanselir Austria Sebastian Kurz, pekan lalu.
Pangeran William sebetulnya juga dijadwalkan menyampaikan pidato di resepsi yang diselenggarakan Konsul Amerika di Yerusalem. Namun, protokol mencegahnya membuat pernyataan yang mungkin dianggap partisan.
Sikap Inggris yang mengakui Jerusalem sebagai daerah Palestina menuai kemarahan politisi sayap kanan Israel.
"Yerusalem sudah menjadi ibu kota Israel sejak lebih dari tiga ribu tahun. Tidak ada distorsi dalam dokumen briefing untuk kunjungan ini atau itu akan mengubah kenyataan," tulis Menteri Urusan Yerusalem Zeen Elkin dalam akun Twitter-nya. [wah]
- Kronologi Balita 3 Tahun di Samarinda Dinyatakan Positif Narkoba
- Gempa Bumi Di Fukushima, Kemlu Pastikan Tidak Ada Korban Asal WNI
- Jet Militer Myanmar Tembaki Area Konser, Puluhan Tewas Termasuk Penyanyi