Jangan Remehkan KIA, Sangat Penting Bagi Administrasi Anak

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Ngawi Sugeng mengatakan, dengan Kartu Identitas Anak (KIA), anak-anak bisa mendapatkan pelayanan publik secara mandiri.


Selain itu, identitas anak jadi legal dan tercatat di Dukcapil. Bentuknya yang berupa kartu juga dapat mempermudah anak untuk mengurus adiministrasi kependudukan. Sebab, seluruh data anak sudah ada dalam e-KTP.

"Berdasarkan Permendagri kan bagi anak di bawah 17 tahun dibolehkan untuk membuat kartu identitas selain akta kelahiran. Kalau pakai akta kan besar ya ribet kalau pakai KIA jadi simpel kalau mau urus sesuatu itu," kata Sugeng, Jum'at, (24/01).

Ia menyebutkan, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (Permendagri) Nomor 2 Tahun 2016 tentang Kartu Identitas Anak, KIA merupakan identitas resmi anak sebagai bukti diri anak yang berusia kurang dari 17 tahun dan belum menikah yang diterbitkan oleh Disdukcapil.

KIA ini wajib dimiliki oleh setiap anak sebelum memiliki KTP dengan tujuan meningkatkan pendataan, perlindungan, dan pelayanan publik bagi anak. Selain itu, sebagai upaya memberikan perlindungan dan pemenuhan hak konstitusional warga negara.

Sugeng membenarkan, KIA juga digunakan untuk mengurus suatu dokumen kependudukan atau urusan lainnya seperti pendidikan, BPJS dan imigrasi maupun lainya. Untuk wilayah Ngawi sebutnya, tercatat ada sekitar 80 ribu anak yang harus mendapatkan KIA.

Seperti tahun 2019 lalu pihaknya sudah melakukan perekaman terhadap 22 ribu anak. Dan ditargetkan tahun 2020 ini akan menyasar lebih banyak lagi mengingat blangko KIA yang disiapkan ada 25 ribu keping.

"KIA juga bisa digunakan untuk bukti diri identitas anak ketika membuka tabungan atau menabung di bank. Jadi anak kita bisa nabung dengan rekening sendiri. Tak kalah pentingnya KIA bermanfaat mencegah terjadinya perdagangan anak" kata Sugeng.

Adapun pembuatan KIA bisa dilakukan di kecamatan wilayah masing-masing. Bahkan pihaknya jemput bola ke lembaga sekolah hanya saja ada faktor penghambat. Misalkan lambatnya data dari internal sekolah.